Rakit menjauh kencang karena derasnya arus. Kapal penangkap ikan dari Pangkalan Dua berusaha menunggu di rakit yang lain. Tapi ternyata rakit hanyut tak lewat situ.
Mulai saat itu Aldi belajar bertahan hidup. Generator, tabung gas, lampu, radio HT, tenaga surya antena, baju, beras, rempah-rempah, peralatan dapur bahkan Alkitab menjadi sarana mempertahankan hidup hingga lebih dari satu bulan.
Aldi sudah berpikir tak akan kembali. Ia menangis memikirkan orangtuanya. Hari ketiga suara HT-nya mulai putus-putus. Setelah seminggu kemudian signal hilang.
Aldi Teriak ‘Help’ di HT
Aldi Novel Adilang yang rakitnya hanyut dari Ternate bukannya tanpa usaha untuk mencari pertolongan.
Saat kapal melintas, ia selalu berteriak meminta pertolongan tapi yang ada di atas kapal seakan tak mengubris.
Satu minggu berlalu setelah hanyut, persediaan makanan Aldi pun habis.
Aldi pun mengail ikan dan sering merebusnya. Tapi seminggu kemudian tabung gas pun habis.
Aldi membakar papan di atas rakit untuk merebus atau membakar ikan di atas wajan.
Bukan hanya menghemat tenaga karena kondisi fisik yang menurun, Aldi selalu mematikan lampu saat kapal tidak ada yang lewat. Ia menghemat tenaga listrik.
Semua kapal berusaha dimintai pertolongan sampai 31 Agustus dini hari.
Tapi usahanya nanti berhasil saat kapal Arpegio (kapal laut Amerika, ABK Filipina) lewat saat ia bangun pagi. Kapal itu sudah melewatinya satu mil saat Aldi ingat saran temannya untuk menghubungi lewat HT dan berteriak "help" jika tak lancar Bahasa Inggris.
Dengan ingatan itu, Aldi berhasil membuat Kapal Arpegio berbalik setelah stom dua kali.
Suara HT dari kapal meminta Aldi stand by walau akhirnya ia bisa meraih tali pada kesempatan keempat.
"Kurang tagate (tersangkut) di tangga kapal. Begini tidak bisa diselamatkan," katanya.
Aldi mengaku selalu membaca Alkitab di rakit untuk memperoleh kekuatan rohani selama sorang diri di laut