18 Jenazah
Informasi yang dihimpun Tribun Bali dari Palu, kemarin, ada 18 jenazah korban gempa dan tsunami di Palu dimakamkan secara massal di tempat pemakaman umum Poboya Indah, Palu.
Ke-18 jasad korban tersebut berasal dari RS Bhayangkara Palu.
Saat jasad korban tiba di lokasi, bau menyengat tercium cukup tajam.
Personel TNI, awak media, hingga masyarakat di lokasi pun terpaksa menggunakan masker untuk mengurangi bau tersebut.
Di lokasi pemakaman, telah digali liang besar berukuran 10x100 meter untuk pemakaman massal korban gempa dan tsunami.
Kepala Penerangan Daerah Militer XIII/Merdeka Kolonel Inf Muhammad Thohir mengatakan korban yang dikuburkan secara massal tersebut merupakan korban yang tidak diketahui identitasnya dan tidak diambil oleh keluarga.
Baca: Brigadir Ap Meninggal dalam Perjalanan ke RS Usai Menembakkan Senapan ke Kepalanya
"Yang sudah diidentifikasi polisi tapi tidak diketahui (identitasnya) dikumpulkan dan dimakamkan secara massal," kata Thohir di lokasi.
Gus Maiz menjadi anggota Satuan Lalu Lintas Polres Palu sejak 2005 setelah lulus dari SPN Singaraja.
Ia pun rencananya akan menikahi kekasihnya di Palu menjelang Galungan, Desember mendatang.
Saat gempa mengguncang dan diikuti tsunami di Palu, Jumat (28/9/2018) sore, korban dikabarkan tengah bertugas untuk pengamanan (PAM) di Festival Palu Nomoni.
Jenazah korban kemudian disemayamkan di RS Bhayangkara, Palu. Ada informasi harus keluarga yang bertandatangan untuk pemulangan jenazah.
Namun tak ada pihak keluarga korban di Palu sehingga akhirnya dikubur massal.
Ngaben 4 Oktober
Setelah mendapat kepastian jenazah Guz Mais dikubur massal, pihak keluarga langsung melakukan prosesi upacara ngulapin di Pantai Yeh Kuning, Jembrana, kemarin sore.
Ngulapin digelar setelah keluarga mendapat petunjuk dari Griya Kawi Sunia, Mendoyo Dauh Tukad, Mendoyo Jembrana.
Setelah ngulapin, anggota keluarga mesugaan (nunas baos) di daerah Yeh Buah Desa Penjaringan, Mendoyo.