Seperti diketahui, sebelumnya pada 18 Oktober lalu Cok Ace melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah toko souvenir di Bali, yang diduga dimiliki oleh jaringan dari China.
Sidak itu terkait isu bahwa paket wisata Bali dijual dengan harga murah ke turis China oleh travel agent di sana.
Baca: Selama Diculik ISIS 40 Bulan Lamanya, Wartawan Jepang Junpei Yasuda Mengaku Bernama Umar Warga Korea
Travel agent itu bahkan nyaris tidak mengambil keuntungan dari marjin harga tiket penerbangan dan akomodasi wisata.
Sebagai kompensasi menjual murah itu, pihak travel agent mengkondisikan para turis China yang di-handlenya untuk berbelanja di toko-toko souvenir di Bali yang dimiliki warga negara China.
Mereka bekerjasama sedemikian rupa, sehingga mirip sebuah jaringan.
Dari toko-toko itulah travel agent China mendapat fee untuk keuntungannya.
Praktik ini dinilai Cok Ace merugikan pariwisata Bali dan para pelaku pariwisata lokal.
Apalagi, barang-barang yang dijual toko-toko China itu diketahui juga buatan China.
"Jadi saat itu saya melihat di sana (toko-toko China) ada tenaga kerja China yang bekerja, kemudian yang dijual adalah produk dari China," tegasnya.
Cok Ace mengakui ada kebocoran informasi tentang rencana sidaknya, karena melibatkan banyak pihak.
Sehingga, temuan dalam sidak itu belum maksimal, karena toko-toko yang disidak jadi mempersiapkan diri.
"Ke depan, terhadap hal-hal yang merugikan kita di Bali itu ya dihentikan lah," tegasnya.
Baca: Pelaku Pembunuhan Radiana dan Putrinya Menyerahkan Diri Setelah Dibujuk Keluarga
Namun, Cok Ace yakin praktik curang jual murah wisata Bali ke turis China ini akan segera teratasi hingga akhir tahun 2018, agar tidak semakin merusak citra pariwisata Pulau Dewata.
"Kami tidak ingin merusak pasar secara keseluruhan, jadi kami sangat hati-hati menyikapi hal itu," kata Cok Ace saat ditemui setelah membuka Forum Bisnis ASEAN-Jepang ke-44 di Nusa Dua, Kamis (25/10/2018).