"Kalau sekarang mah saya enggak mau lagi, bahaya. Sekarang jualan saja," kata Darta.
Sejak usia 20-an, ia kerap melakukan penyelaman secara tradisional itu.
"Pasang bubu sama cari ikan sama udang karena disini banyak udang. Menyelamnya di sekitar sini, dari Tanjung Pakis sampai ke perairan Tangkolak di Cilamaya," kata dia.
Pengalaman penyelaman Darta jadi unik, mengingat ia pernah menemukan dua koin berlogo perusahaan dagang pemerintah kolonial, VOC, di perairan Karawang yang berbatasan dengan Kabupaten Subang.
Ia menunjukkan surat berita acara penemuan benda muatan kapal tenggelam pada September 2008 bersama delapan orang lainya dari Panitia Nasional Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT).
Baca: Winzy Warouw, Terpidana Seumur Hidup Kasus Pembunuhan PNS Cantik Pasrah Jalani Sisa Hukuman
"Dulu, ada koin katanya emas peninggalan VOC. Dulu menemukannya saat cari ikan dan pasang bubu di dasar laut sambil menyelam, tiba-tiba menemukan bongkahan koin," kata dia.
Hanya saja, para penyelam tradisional ini tidak dilibatkan dalam pencarian pesawat Lion Air karena membahayakan.
Perairan Laut Jawa sejak dulu merupakan jalur perdagangan. Tak terhitung kapal-kapal karam di perairan tersebut.
Dalam keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun lalu, menyebutkan benda-benda cagar budaya merupakan barang muatan kapal karam (BMKT) yang tersebar di 463 titik di perairan Indonesia mulai dari Kepulauan Riau, Selat Karimata, Perairan Bangka Belitung hingga Laut Jawa.
Sebaran kapal tenggelam tersebut umumnya membawa komoditi dan barang dari Cina, Asia Barat dan Eropa. Seperti Belanda (VOC), Inggris hingga Spanyol.
Dalam keterangan resminya itu, KKP menyebut setiap lokasi BMKT memiliki sisi ekonomi bernilai antara 80 ribu hingga 18 juta dolar AS. (men)