Insiden tragis itu disaksikan sendiri oleh Farida (39), adik perempuan Juari.
Hingga kini, ingatan Farida terhadap kejadian itu masih sangat segar.
Saat ditemui di kediaman kerabatnya di Desa Tumpukrenteng, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Minggu (25/11/2018) petang, dia masih tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
"Cacakku digepuki koyok tikus. Cacakku menungso, guduk tikus (Abangku dipukuli seperti tikus. Dia itu manusia, bukan tikus)," kata Farida sambil berlinang air mata.
Dengan sangat jelas, Farida melihat pukulan demi pukulan menghujam deras tubuh kakaknya. Bahkan celurit, pentungan kayu hingga cangkul turut digunakan pelaku mengeksekusi Juari.
Kala itu Farida pun panik. Begitu juga istri Juari, Jamiatul Masamah (43). Mereka hanya bisa meratapi meski sempat berusaha mencari pertolongan.
3. Muntah-muntah
Sebelum pengeroyokan itu terjadi. Juari dan istri baru saja pulang dari melihat pementasan kuda lumping di Wajak.
Juari pulang dalam keadaan mabuk. Bahkan, hingga berbusa dan muntah-muntah. Farida pun sempat panik.
Tiba-tiba dari arah luar rumah, sekelompok orang yang ditaksir berjumlah enam orang mendatangi rumahnya dengan suara ribut.
Mereka mendesak Juari untuk keluar rumah dan menyelesaikan sebuah urusan yang tak diketahui Farida.
4. Matikan Lampu Kampung
Mendengar suara tersebut, Farida pun keluar pintu rumah dan berkata: "Ngapain sih mas malam-malam ramai-ramai di kampung orang. Sudah, sampeyan pulang saja. Ini ada anak kecil. Maaf jika kakak saya salah."
Kalimat Farida tak dihiraukan oleh para pria tersebut. Mereka malah merangsek dan memecah kaca depan rumah Juari.