Laporan Reporter Tribun Lampung Sulis Setia Markhamah
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Warga Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat, dikagetkan dengan suara dentuman misterius, Selasa, 25 Desember 2018 sekitar pukul 21.30 WIB.
Adi Pranoto, warga Pekon Karyamaju, mengaku sempat kaget karena mendengar suara dentuman sangat keras sebanyak dua kali.
Namun, ia tak tahu suara apa yang didengarnya tersebut.
"Nggak tau bunyi apa. Dummmm gitu. Keras suaranya. Kayaknya sih dua kali, dummm… dummmmm..," ujar Adi.
Advikha, warga lainnya, mengatakan hal sama.
Baca: Jalan Sulit Dilalui Kendaraan, Penanganan Korban Tsunami di Kecamatan Sumur Pandeglang Terkendala
Ia mendengar suara dentuman saat tengah menunaikan salat Isya.
"Kalau suara petir bukan. Memang cuacanya hujan, tapi nggak deres," beber Advikha.
Bahkan, kata dia, suara dentuman keras kembali terdengar pukul 21.53 WIB.
Kali ini, suara menggelegar tersebut membuat kaca jendela rumahnya bergetar.
Sampai saat ini cuaca di sana masih gerimis.
"Kami juga bingung suara apa. Sekarang waspada aja, takut ada apa-apa. Padahal tadi udah pada tidur," ungkap Advikha.
Terpisah, warga Pekon Padang Cahya juga mendengar suara serupa.
Namun di lokasi itu tidak turun hujan.
"Iya, denger suara dentum keras. Tapi, gak tau apa," kata Ridwan.
Dikira Ban Truk Pecah
Warga Liwa, Kabupaten Lampung Barat dikagetkan suara dentuman keras yang terjadi, Selasa, 25 Desember 2018, malam.
Aldi, warga Liwa, mengaku, mendengar dentuman keras sebanyak dua kali.
Awalnya, ia mengira suara ban fuso pecah.
"Setelah saya cek tidak ada. Bingung juga itu suara apa. Keras banget kedengarannya," ujar dia.
Aldi mengatakan, baru saja pulang dari Tanjungkarang pada Selasa malam.
Tak lama, ia mendengar suara dentuman dua kali.
Tidak hanya dirinya yang mendengar suara tersebut, Aldi mengatakan, keluarganya juga mendengar suara dentuman tersebut.
Sebelumnya, warga OKU Selatan dihebohkan suara dentuman misterius, dunia maya mendadak ramai.
Terhitung sejak dua hari kemarin, warga Ogan Komering Ulu (OKU) dibuat tak bisa tidur nyenyak lantaran mendengar suara dentuman misterius.
Warga panik dan merasa cemas dengan suara dentuman tersebut.
Hampir semua warga OKU merasa suara dentuman itu bergetar hingga terasa di dada mereka.
Kasubnit Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kristianto merevisi pernyataannya soal penyebab suara dentuman misterius.
Awalnya, dia menyebut itu adalah dampak anak gunung Krakatau.
Berdasarkan pemeriksaan ulang PVMBG belum bisa memastikan hubungan antara suara dentuman yang terdengar di wilayah Sumsel dan Jawa Barat itu tak berhubungan dengan aktivitas erupsi Anak Krakatau.
Pernyataan ini disampaikan Kristianto saat dikonformasi untuk kedua kalinya oleh Tribunsumsel.com.
Pada konfirmasi pertama, ia memang menyebutkan ada hubungan antara suara dentuman itu.
Namun setelah diperiksa detail di mana dentuman keras itu terdengar sekitar pukul 23.00, ia menyebutkan tak ada suara sangat keras yang keluar dari erupsi pada waktu tersebut.
Terdengar di Sumsel
Ada kabar mengejutkan tentang suara dentuman misterius di langit Sumatera Selatan, Senin (24/12/2018) malam yang hingga kini masih jadi perbincangan masyarakat.
Suara dentuman misterius itu terdengar dari mulai daerah Plaju, Gandus, Jakabaring (Palembang), OKU Selatan, OKU Timur, dan OKU Raya, Prabumulih, dan daerah lainnya.
Dan hingga Selasa (25/12/2018) pagi, kabar heboh suara dentuman itu ramai diperbincangkan warganet di sosial media instagram maupun Facebook.
Bahkan netizen mengaku mendengar suara dentuman itu lebih dari dua kali.
Awalnya warga mengira suara tersebut berasal dari latihan tempur TNI, namun menurut Danrem 044/Gapo Kol Inf Iman Budiman SE semalam tidak ada latihan tempur TNI.
Hal itu dikatakan oleh Danrem 044/Gapo Kol Inf Iman Budiman SE saat dihubungi Sripoku.com via telepon, Selasa (25/12/2018).
Danrem 044/Gapo Kol Inf Iman Budiman SE menegaskan tidak ada latihan TNI karena semua latihan sudah selesai dan pihaknya juga belum mendapatkan laporan secara resmi.
"Kami belum mendapatkan laporan secara resmi, semua latihan sudah ditutup dan selesai semuanya terkhususnya Danrem 044 Garuda Dempo," ucapnya.
Namun Danrem Kol Inf Iman Budiman SE mengatakan tidak tahu apakah satuan tetangga masih ada yang belum selesai atau gak.
"Kami lagi mencari informasi dan masih memeriksa semua satuan baik di wilayah maupun daerah," ucapnya.
Saat ditanya mengenai apakah ada mortil dari sisa latihan terdahulu, Danrem Kol Inf Iman Budiman SE mengatakan belum ada laporan.
"Kami belum menerima laporan apakah ada kejadian lainnya," ujarnya.
Jawaban BMKG
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palembang mengaku belum mendapatkan informasi geofisika terkait fenomena dentuman yang dikabarkan didengar oleh masyarakat terjadi di langit Sumsel, Senin (24/12/2018) malam.
Kas Data dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Nandang mengatakan hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi tersebut. BMKG Stage of Bengkulu sebagai Stasiun Pengamat Seismik atau kegempaan terdekat juga belum mengabarkan info lebih lanjut prihal dentuman yang didengar warga pada dini hari.
"Kami dari BMKG Stalking Palembang belum mendapatkan informasi terkait itu (dentuman), BMKG Bengkulu juga belum memberikan penjelasan," ujar Nandang, Selasa (25/12/2018).
Ia menjelaskan, terkait suara yang terdengar di langit sebagian wilayah Sumsel, analisis sementara tercatat dari pantauan citra Radar dan Satelit Cuaca di Stasiun Meteorologi SMB II Palembang tidak ada indikasi parameter cuaca yang menyebabkan suara tersebut.
"Untuk pergerakan Vulkanologi dan Cincin Api Asia yang lebih berkompeten menyampaikan adalah Badan Geologi atau PVMBG. Bila ada kaitannya dengan Anak Krakatau tersebut perlu narasi dari pembuktian ilmiah," ungkapnya.
Menurutnya, pihaknya belum dapat memastikan apakah siaran dentuman ada kaitannya dengan bencana tsunami Selat Sunda yang dihasilkan dari Gunung Anak Krakatau.
Bila fenomena suara dentuman tersebut terkait cuaca, BMKG memastikan prakiraan suara itu dihasilkan dari awan CB (Cumulonimbus) yang ada di sekitar lokasi.
"Belum tahu dari anak krakatau atau bukan, jika faktor cuaca bisa jadi itu karena faktor awan CB. Karena fenomena awan CB bisa menghasikan surara guntur atau petir dari ari jarak yang cukup jauh," jelasnya. (*)