TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Satu persatu fakta tentang bayi dikubur hidup-hidup di Sidoarjo terkuak.
Terbaru, dalam penyidikan polisi, diketahui bayi dikubur hidup-hidup tersebut sempat berulang kali digugurkan sejak dalam kandungan.
Namun karena tetap lahir normal, dua orangtua bayi yang sama-sama masih pelajar itu sempat cekcok sebelum memutuskan untuk merawat atau membunuh bayinya dengan cara mengubur hidup-hidup.
Mereka adalah adalah RM, pelajar SMK berusia 18 tahun asal Desa Kwangsan, Kecamatan Sedati, Sidoarjo; dan adik kelasnya LV (16) asal Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo.
"Sempat digugurkan tapi tidak berhasil. Bayi tetap lahir normal. Demikian keterangan mereka saat ditanya penyidik," ungkap Kasat Reskrim Polresta Sidoarjo Kompol Muhammad Harris, Jumat (4/1/2019).
Kepada polisi, LV mengaku disuruh minum obat penggugur kandungan oleh RM sejak Sabtu (29/12/2018) siang. Obat itu dibeli secara online oleh RM dan dikonsumsi tiga jam sekali oleh LV.
Bukan gugur, malah bayi itu lahir normal pada keesokan harinya, Minggu (30/12/2018) di rumah An, teman RM dan LV di Desa Kwangsan.
LV melahirkan di kamar mandi rumah An, tanpa pertolongan dokter atau bidan.
Peristiwa itu membuat mereka kebingungan. Bayi perempuan tersebut juga sempat diberi ASI oleh LV.
Sampai kemudian, pasangan pelajar yang punya anak di luar nikah ini memutuskan untuk pulang ke rumah LV dan memberitahukan peristiwa itu ke orangtuanya.
"Si perempuan mengajak pulang, tapi pas dalam perjalanan ternyata lelakinya atau ayah dari bayi itu meluncurkan niat mengubur bayinya," sambung Harris.
MR meminjam cethok ke warga, kemudian membuat lubang sekitar 40 centimeter di Makam Desa Kwangsan. Bayi malang itupun dikubur hidup-hidup oleh orangtuanya.
Saat itu, diceritakan bayi juga sempat menangis.
"Si perempuan tidak tega melihat itu dan meminta lelakinya membatalkan. Tapi tetap dilanjutkan dan si perempuan diminta mengikhlaskan," tukas kasat reskrim.