TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Dalam rangka memperteguh semangat kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama di Tanah Papua, Ketua Bidang Kehormatan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan, Komarudin Watubun berkesempatan menemui Pemimpin Umat Katolik Keuskupan Jayapura, Uskup Leo Laba Ladjar, OFM, Selasa (29/1/2019).
Silaturahmi antara pimpinan PDI Perjuangan dan pimpinan Umat Katolik Keuskupan Jayapura itu dalam rangka kembali mengobarkan sekaligus memperjuangkan semangat "Kebhinekaan Tunggal Ika.
Pertemuan yang berlangsung di Jayapura dalam suasana persaudaraan dan keakraban Kepada wartawan usai pertemuan tersebut Komarudin watubun mengaku sudah sejak lama menjalin silaturahmi dengan para pemimpin agama di Tanah Papua.
Pada kesempatan kali ini, Komarudin Watubun mengaku mendiskusikan banyak hal beberapa hal penting seperti masalah pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat, lingkungan dan dialog penyelesaian masalah HAM di Papua.
"Ini perjumpaan yang monumental selain bersilaturahmi juga bertukar pikiran tentang partisipasi umat beragama dalam bidang politik Bagaimanapun juga, pendampingan moral dan spiritual dari pemimpin agama bagi anggota umatnya yang terjun di panggung politik sudah merupakan sebuah keharusan sehingga para politisi bisa menjalankan politik yang bermoral untuk kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat," ungkap Komarudin Watubun.
Dikatakannya, catatan sejarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia pernah terjadi, perjumpaan antara pemimpin politik dengan pemimpin agama. Pada Desember 1947, Uskup pribumi Indonesia pertama, Monsinyur Albertus Soegijapranoto,SJ yang bertugas di Keuskupan Semarang bertemu dengan Presiden Soekarno.
Kedua tokoh Nasional ini semasa hidup mereka, terus menerus menjalin persahabatan sejati demi kerukunan dan solidaritas antarumat beragama untuk Indonesia yang satu, utuh dan abadi.Uskup Soegjapranoto meninggal dunia pada 22 Juli 1963.
Atas kegigihannya memperjuangkan keIndonesiaan sejati dan menduniakan nilai-nilai Pancasila sehingga Presiden Soekarno pada 26 Juli 1963 menerbitkan Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 52/Tahun 1963 dengan memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum Uskup Albertus Soegijapranoto.
"Saya seorang Muslim dan Uskup Leo seorang pemeluk agama Katolik. Kami berdua sama-sama mengimani Allah Yang Maha Esa yang diwariskan Nabi lbrahim yang adalah soko guru iman onotheisme," tegas Bung Komar, sapaan akrab Komarudin Watubun.
Sementara itu, Uskup Leo Laba Ldjar,OFM mengaku gembira menerima kunjungan silaturahmi Bung Komar di Kantor Keuskupan Jayapura.
Menurutnya , semua komponen Bangsa harus memberikan perhatian sungguh-sungguh pada berbagai permasalahan di Papua.
"Karena permasalahan ini sudah sangat lama tidak terselesaikan secara baik dan bermartabat Kami berharap, Bapak Komarudin ketika nanti kembali berada di DPR RI, bisa mengajak para wakil rakyat untuk memikirkan secara serius permasalahan Papua,agar semuanya segera tuntas demi kedamaian dan kesejahteraan Tanah Papua," tuturnya.
Sementara itu, Uskup Leo mengatakan, dalam kehidupan bermasyarakat dengan beragam Agama, dan masing-masing visinya mengenai kehidupan, namun ada titik temu yang sama yakni semua merindukan damai.
"Semua Ingin hidup dalam damai, semua dipanggil untuk membangun kerukunan serta hubungan yang harmonis dengan berbagai komponen masyarakat," katanya.
Di Indonesia, dikenal dua BK. BK yang pertama dari Indonesia Bagian Barat yaitu Bung Karno yang adalah Proklamator dan Presiden pertama RI yang pada 1 Juni 1945 mengucapkan pidato tentang Pancasila.
BK yang kedua berasal dari Indonesia Bagian Timur yakni Bung Komar yang adalah Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP yang adalah pewaris semangat kebhinekaan Bung Karno yang terus dilestarikan oleh PDI Perjuangan sepanjang hayat di kandung badan.