TRIBUNNEWS.COM, BLANGPIDIE - Seorang pasien demam berdarah dengue (DBD), warga Rubek Meupayong, Kecamatan Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya), meninggal sekira satu jam setelah masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Teungku Peukan (RSUTP), Rabu (6/2) malam.
Informasi yang diperoleh Serambi dari tenaga medis di RSU tersebut bahwa pasien pria berumur 17 tahun itu mengembuskan napas terakhir setelah kadar trombositnya anjlok ke angka 14.000. Idealnya, kadar trombosit normal adalah 150.000.
“Iya, karena trombositnya sudah sangat rendah,” ujar salah seorang tenaga medis.
Ia menduga, pasien DBD tersebut sudah lama menderita sakit dan baru tahu terkena DBD pascamasuk rumah sakit.
“Biasanya, kalau baru-baru terkena DBD itu jarang kejadian satu jam masuk IGD langsung meninggal dunia. Biasanya malah bisa sembuh,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Abdya, Safliati MKes yang dikonfirmasi Serambi kemarin mengaku bahwa DBD telah merenggut satu nyawa di Abdya.
Ia juga sudah mendata tempat domisili para pasien yang terserang DBD untuk dilakukan fogging (pengasapan) secepatnya di rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka.
“Iya, insyaallah kita sudah lakukan fogging di sejumlah lokasi yang rawan nyamuk Aedes aegypti,” ujar Safliati.
Selain fogging, Safliati mengaku telah meminta kepada petugas untuk melakukan sosialisasi kepada sejumlah masyarakat menggunakan mobil keliling.
“Kita hanya bisa melakukan sosialisasi gerakan kebersihan lingkungan dan melakukan fogging,” ujarnya.
Begitupun, Safliati janji akan membuat surat imbauan kepada camat untuk menggerakkan warganya melakukan gotong royong di desa masing-masing.
Selain gotong royong, lanjutnya, salah satu yang harus dilakukan masyarakat adalah menutup bak mandi agar tak menjadi sarang nyamuk, menguras bak mandi setidaknya seminggu sekali, dan menimbun barang yang tidak terpakai seperti kaleng atau wadah kosong.
“Pemicu DBD ini karena lingkungan yang kotor. Jadi, solusi yang efektif menghindari penyakit DBD adalah jagalah kebersihan lingkungan kita,” pungkasnya.