TRIBUNNEWS.COM, KALIANDA - Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di Selat Sunda masih mencatat adanya gempa tremormenerus (mikrotremor) pada Sabtu (23/2/2019) sejak pagi hingga siang ini.
Menurut petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Suwarno, gempa mikrotremor terekam dengan amplitude 1-9 mm (dominan 1 mm).
Juga terekam adanya gempa vulkanik dalam sebanyak 4 kali dengan amplitude 14-16 mm S-P : 0,5 - 1,1 2 detik dan durasi 8-10 detik.
"Juga terekam adanya gempa hembusan 1 kali dengan amplitude 11 mm dan durasi 51 detik," kata Suwarno kepada Tribun Lampung.
Hingga saat ini status Gunung Anak Krakatau masih pada level III Siaga.
Para pengunjung dan masyarakat nelayan dilarang mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer.
Sebelumnya pada awal pekan kemarin, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi Migitasi Bencana Geologi Kementerian ESDP kembali memasang alat seismometer di Gunung Anak Krakatau (GAK).
Baca: Isak Tangis Keluarga saat Jenazah Tyas Korban Bunuh Diri di Transmart Lampung Tiba di Rumah Duka
Pemasangan alat seismometer ini dilakukan pada Senin (18/2/2019) lalu.
Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan pemasangan seismometer di Gunung Anak Krakatau pertama kali pasca terjadinya erupsi besar pada 22 Desember 2018.
Alat seismometer yang dipasang tersambung ke pos pantau Gunung Anak Krakatau di Pasaurang, Banten.
Namun untuk data digitalnya juga akan terkirim ke pos pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran, Lampung Selatan.
"Kemarin tim turun untuk memasang alat seismometer di Gunung Anak Krakatau. Alat ini ditempatkan di sisi utara badan gunung," kata Andi yang ikut turun ke Gunung Anak Krakatau kepada Tribun Lampung, Kamis (21/2/2019) kemarin.
Menurut Andi secara kondisi fisik, Gunung Anak Krakatau banyak berubah.
Selain ketinggian badan gunung yang kini tinggal 110 mdpl.