Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNNEWS.COM, PADANG - Nenek Ros (63) tewas setelah tertimpa pohon kelapa pada Senin (11/3/2019).
Peristiwa nahas tersebut terjadi pada pukul 17.00 WIB, di belakang rumah korban di Bukik Sangok, Jorong Pabalutan, Nagari Rambatan.
Kapolres Tanah Datar, AKBP Bayuaji Yudha mengatakan, kejadian ini berawal ketika wanita bernama lengkap Rosnaldianis itu, tengah menemani cucunya Bayu (8), mencari buah seri atau kersen di belakang rumah.
Padahal ketika itu kondisi cuaca sedang buruk. Langit gelap, angin kencang.
Sedangkan di belakang rumah tempat korban bersama cucunya banyak pohon.
Tiba-tiba sebatang pohon kelapa di belakang rumah itu tumbang.
"Korban tertimpa pohon kelapa yang tumbang itu," ujar Bayuaji Yudha kepada TribunPadang.com, Selasa (12/3/2019) pagi.
Mendengar dentuman pohon tumbang, Yelki (12) juga cucu Nenek Ros, dari dalam rumah melihat neneknya tertimpa pohon.
Yelki pun langsung memberitahukan kepada orang tuanya dan warga sekitar.
Baca: Polisi Bakar Benda Mirip Jenglot yang Meresahkan Warga Pantai Gilimanuk
Keluarga dan bersama warga sekitar, datang menolong korban.
Posisi korban berada di bagian buah kelapa yang sudah tumbang.
Setelah berhasil dievakuasi, korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batusangkar.
"Saat di RSUD Batusangkar, korban dinyatakan telah meninggal dunia," kata dia.
Keluarga kembali membawa korban pulang untuk disemayamkan.
Diketahui, wilayah Sumbar saat ini sering dilanda hujan disertai angin kencang.
Cuaca Ekstrem
Hampir setiap hari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem tersebut.
Pada Senin (11/3/2019), BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ektrem di 8 kabupaten di Sumbar.
Dilansir dari bmkg.go.id, berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir/kilat dan angin kencang pada siang dan sore hari.
Hal itu diperkirakan akan terjadi di Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Pasaman, Agam, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Padang dan Solok Selatan.
Baca: Cara Mudah Mengisi SPT Tahunan Pribadi Secara Online
Kelembaban udara secara umum di Sumbar berkisar antara 65 hingga 100 persen dengan suhu rata-rata 16 hingga 30 derajat celcius.
Kondisi ini disebabkan karena wilayah Sumbar sedang dalam musim pancaroba atau masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau Padang Pariaman, Yudha Nugraha menyebut, musim pancaroba ini sejak Februari hingga April 2019 mendatang.
"Kondisi cuaca sering berubah-ubah. Cerah di pagi hingga siang hari, lembab serta hujan ringan hingga sedang disertai petir dari sore hingga malam hari," katanya, Selasa (26/2/2019).
Hal tersebut, kata Yudha Nugraha adalah karakteristik masa peralihan.
Oleh karena itu, Yudha Nugraha mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan.
"Tetap jaga cairan tubuh dan kurangi aktivitas di luar rumah di siang hari," katanya.
Menurutnya, secara umum cuaca Sumbar tiga hari ke depan cenderung cerah berawan.
Namun, hujan ringan hingga sedang bisa tejadi di wilayah bagian tengah.
Di antaranya, Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Padang Pariaman, dan Kepulauan Mentawai.
Pada Mei hingga Juni, lanjut Yudha Nugraha, fase puncak hujan pertama akan terjadi.
Sedangkan, puncak hujan kedua akan masuk pada bulan Oktober.
"Jika kondisi cuaca seperti itu waspadai titik rawan longsor yaitu Lembah Anai dan Sitinjau Lauik," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Angin Kencang di Tanah Datar Sumbar, Nenek Ros Tewas Tertimpa Pohon Kelapa di Belakang Rumah