"Air dari sungai Celeng meluap sekitar pukul lima atau pukul enam tadi, menjelang Maghrib," ujar Ina Murtininggsih, menceritakan.
Ina merupakan warga sekitar lokasi. Namun ia sedikit beruntung karena rumahnya sebelah barat bantaran sungai sehingga debit air yang masuk tidak terlalu parah.
"Air masuk rumah saya, tapi tidak begitu tinggi," tuturnya, agak cemas.
Ina memang patut khawatir. Hingga pukul 22.00 WIB hujan masih terus mengguyur Kabupaten Bantul tak henti-henti.
Ia mengaku memilih mengungsi ke tempat saudara bila air tak kunjung surut. "Yang penting barang-barang sudah diamankan," ungkapnya.
Dua perahu karet didatangkan untuk mengevakuasi sejumlah warga Paduresan. Petugas dari BPBD DIY, Madapala dan SAR DIY distrik Bantul melewati sungai Celeng dengan sangat hati-hati.
Mereka menyisir jalan penghubung yang sudah tidak tampak lagi. Tertutup oleh genangan air.
Satu-satunya tanda jalan yang bisa dikenali oleh petugas barangkali adalah pondasi jembatan yang masih menyembul diantara luapan air.
Proses evakuasi tak begitu lama. Selang tiga puluh menit. Perahu pertama tiba. Petugas membawa dua orang berusia lanjut.
Mereka mengenakan jas hujan dan meringkuk dibawah perahu karet.
Petugas dari PMI langsung memberikan pertolongan medis pertama. Belakangan kedua orang yang berhasil dievakuasi bernama Mbah Kismo dan Nyonya Kismo.
"Kita masih melakukan penyisiran. Karena informasi yang kami terima masih ada balita disana," tutur petugas TRC BPBD DIY.
Di bawah rinai hujan dan dibantu penerangan ala kadarnya. Sejumlah petugas melakukan penyisiran dikampung Paduresan. Sejumlah warga melihat dengan harap-harap cemas.
Di antara kerumunan warga yang melihat proses evakuasi, ada Ponisih.