Dari kilatan santer, rona wajah ponisih terlihat sangat tegang. Sebenarnya sangat wajar ia merasa was-was. Kepada Tribun Jogja, warga Tilaman Desa Wukirsari ini mengaku baru pulang bekerja.
"Saya baru pulang kerja. Tidak bisa ke rumah. Air sudah meluap duluan. Rumah saya disana pasti terendam," terangnya.
Ponisih mengkhawatirkan nasib keluarganya. Ia ingin sekali bertemu. Namun banjir dari luapan air sungai telah merendam akses jalan untuk pulang. Satu-satunya informasi yang ia dapatkan bahwa anggota keluarganya sudah mengungsi dipemakaman kampung.
"Posisi makam dikampung memang lebih tinggi. Keluarga saya mengungsi disana," ujar dia.
Imbauan BPBD DIY
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana mengatakan, prakiraan dari BMKG merupakan informasi tentang "ancaman" terhadap kemungkinan terjadinya resiko.
Hal ini karena hujan lebat, angin kencang, tanah longsor dan banjir. BPBD se-DIY terus menghimbau kepada masyarakat melalui media dan jaringan komunitas yang ada agar meningkatkan kewaspadaan.
BPBD seDIY, posko dan pos-pos pemantau juga diminta agar meningkatkan ronda cuaca dengan mengecek dan mengoptimalkan fungsi peralatan EWS yang ada. S
erta, segera informasikan kepada warga masyarakat di kawasan rawan bencana, bila terjadi cuaca yang bisa berdampak pada keselamatan warga.
Warga juga harus peka terhadap perubahan kondisi di lingkungannya.
Bagi warga masyarakat yang berada di kawasan rawan longsor, agar waspada bila wilayahnya terjadi hujan lebat dalam waktu yang lama.
“Selain itu, cermati perubahan aliran air di lingkungannya, apakah membawa material tanah, ada nggak pepohonan yang mulai miring atau ada pergerakkan tanah. Bila lingkungan membahayakan lebih baik mengamankan diri. Warga di dekat bantaran sungai juga waspada peningkatan debit air sungai,” urainya. ( Tribunjogja.com | Ahmad Syarif | Agung Ismianto)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Penjelasan BMKG Faktor Pemicu Hujan Tak Henti-henti di Yogyakarta