TRIBUNNEWS.COM, JEMBRANA - Di sebuah wilayah terpencil di pelosok Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, sekeluarga hidup serba kekurangan.
Mereka tinggal berdesakan di sebuah gubuk yang tak layak huni.
I Ketut Suama (56) dan Ni Wayan Suitri (55), nama pasangan suami istri itu.
Sang anak, Ketut Budiartawan (16) juga tinggal di sana.
Mereka tinggal di kawasan Banjar Kembangsari atau biasa disebut Sombang Desa Tukadaya, di atas bendungan Palasari sisi timur.
Mereka hidup kesusahan. Bahkan untuk bisa melewati rumahnya, hanya ada jalan setapak yang licin.
Jaraknya sekitar 500 meter masuk ke wilayah perkebunan warga, itu pun harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Wayan Suitri, mengaku setiap harinya tinggal di gubuk itu. Ia memiliki empat anak, namun tiga di antaranya sudah menikah.
Karena tak mampu melanjutkan pendidikan dengan alasan tak ada anggaran, Budiartawan pun harus putus sekolah.
Baca: Pemagang Indonesia Ditusuk di Kota Sano Jepang saat Menuju Masjid
"Ini kerja buruh dan kernet truk yang mengangkut bahan material bangunan," ucapnya saat ditemui Kelompok Relawan Jembrana, Minggu (17/3/2019).
Gubuk yang mereka bangun berada di tanah milik orang lain.
Di dalam gubuknya, hanya ada kamar dengan alas tidur seadanya. Mereka pun tidak memiliki kamar mandi dan toilet.
"Sudah 15 tahun kami tinggal di sini, tinggal di tanah orang," ungkapnya.
Suitri menuturkan, bantuan beras hanya cukup untuk 15 hari. Budiartawan bahkan kadang harus menginap di rumah temannya.