Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga perempuan tercatat masuk di lingkaran jaringan Sibolga. Adapun ketiganya yakni istri kedua terduga teroris Abu Hamzah bernama Abu Haliman, R dan Y alias Khodijah.
Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyebut ketiga perempuan ini memiliki peran sentral di jaringan tersebut. Bahkan diungkap Dedi, para kaum hawa ini jauh lebih militan.
Pertama Abu Halimah, istri dari Abu Hamzah yang pandai merakit bom.
Dia juga memilih meledakkan diri bersama anaknya yang berusia 2 tahun dibandingkan harus menyerahkan diri ke petugas.
Baca: Napi Lapas Petobo Kendalikan Perdagangan Sabu di Palu
Baca: Depresi Karena Dibully dan Dilecehkan Siswa, Siswi SMP di Pekanbaru Malah Diancam Oleh Sekolah
"Dalangnya justru yang perempuan, istri AH pandai merakit bom dan memang ingin cepat meninggal masuk surga," ucap Dedi, Selasa (19/3/2019) di kantor Tribunnews.com, Jakarta.
Dari hasil penyidikan sementara, kata Dedi, Abu Halimah mulai berubah dan terpapar radikal setelah 6 tahun lebih merantau di Pulau Jawa.
Selama itu pula, Abu Halimah menjadi pengikut aliran Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terafiliasi dengan ISIS.
Kedua yakni peremuan muda berusia 22 tahun berinisial R.
R diketahui calon istri dari Abu Hamzah yang direkrut untuk melakukan aksi Amaliyah dan menjadi pengantin atau pelaku bom bunuh diri.
R dibekuk di kawasan Sirantau, Kota Tanjungbalai.
Warga Kabupaten Asahan ini turut mengetahui pembelian bahan untuk pembuatan bom.
R juga istri dari Hendri, teroris yang ditembak mati oleh Densus 88 Mabes Polri pada Oktober 2018 silam.
"R ini mau dijadikan istri kedua oleh AH (Abu Hamzah) dia juga sangat militan. Bahkan AH sendiri tidak bisa meredam aksi dari R," ungkap Dedi.
Ketiga yakni Y alias Khodijah, yang juga punya peran krusial.
Y diamankan di Klaten karena berperan menyuruh tertuga teroris SH mengunggah video yang berunsur ancaman pada anggota Polri yang sedang bertugas.
"Jadi mereka ini memang sudah terstruktur. Mulai dari merakit bom, jadi pengantin sampai melakukan Amaliyah di Pulau Jawa. Untuk Amaliyah tinggal tunggu waktu saja, bisa menggunakan senjata tajam dan senjata api yang penting melumpuhkan aparat," tambah Dedi.