Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute, Karyono Wibowo mengatakan, sistem demokrasi yang diterapkan Indonesia saat ini memiliki banyak tantangan.
Mulai dari maraknya informasi hoaks, serta ancaman disintegrasi bangsa karena isu SARA yang direproduksi secara masif oleh kelompok tertentu demi kepentingan kekuasaan semata.
"Kondisi saat ini saya melihat banyak gerakan radikalisme agama yang sangat memprihatinkan, dan mengancam keutuhan NKRI. Mereka juga sudah mulai secara terbuka menginginkan perubahan sistem menjadi khilafah. Dengan kekuatan yang cukup solid, "terangnya.
Baca: Kasus Dugaan Suap Jabatan di Kemenag Pernah Terjadi di Era Demokrasi Parlementer
Ditengah kondisi tersebut, pihaknya justru menganggap kelompok nasionalis sebagai mayoritas tidak memiliki sikap jelas.
Dan seakan melakukan pembiaran.
Padahal jika kondisi itu diabaikan akan memberikan ruang bagi kelompok radikal mengambil peran.
Dan membangun kekuatan, melalui pendekatan akar rumput dengan menyasar masyarakat awam yang kurang mendapatkan pengetahuan secara memadai.
"Karena itu, mestinya kelompok nasionalis mulai saat ini harus segera mengambil sikap. Membuat gerakan konkrit, agar NKRI bisa tetap dipertahankan, "tandasnya.
Selain AS Hikam dan Karyono Wibowo, dua pemateri lainnya dalam seminar tersebut yakni Cahyon Gani Saputro (Sekjen DPN Ikatan Sarjana Indonesia) dan Stanislaus Riyanto (Pengamat Politik dan Keamanan).
Sebelum seminar, acara didahului dengan pelantikan pengurus DPC GMNI Solo periode 2019-2021. (*)