TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Seorang peramal, RR Istiati Wulandari tinggal di sebuah apartemen di Jalan Ciung Wanara I Nomor 7, Denpasar, Bali.
Ditemui di kediamannya, Minggu (31/3/2019) siang, Rara panggilan akrabnya, menceritakan kisah hidupnya hingga menjadi seorang pembaca tarot sekaligus pawang hujan.
"Saya memang dari kecil indigo. Keluarga saya RR itu Raden Rara trah Solo Jogja," sebut Rara.
"Dari kecil diajarkan dunia spiritual. Konon zaman dulu eyang kakung punya adik setiap tahun tepatnya satu suro menghendel upacara di Keraton Solo."
"Dan setiap tahun ada adu-adu ilmu, siapa yang menang, dia yang handel upacaranya termasuk masalah pawang hujan," kata Rara.
Pada periode selanjutnya, eyang kakungnya tersebut menugaskan ayah Rara untuk melanjutkan tradisi tersebut.
Baca: Isu Novel Baswedan Orang Gerindra Merebak, IPW Minta KPK dan Polri Bertindak
Baca: Kesan Jokowi di Manado: Dicegat 9 Kali dan Ruas Jalan di Manado Kian Luas
Namun sang ayah kurang suka dengan hal tersebut. Sang ayah akhirnya mengajari dirinya.
Rara pun mulai tahun tentang hal-hal yang bersifat gaib.
Sang ayah tahu bahwa Rara adalah anak indigo atau di Bali disebut melik.
"Saat umur tiga tahun bapak saya sakit dan diprediksi akan meninggal saat saya umur 5 tahun."
"Saya diajarin kayak paranormal activity seperti ngobrol dengan makhluk gaib, roh, termasuk mencium bau awan sebagai pertanda hujan atau tidak."
"Dan biasanya banyak yang tidak siap memiliki anak indigo, tapi bapak saya sudah siap."
"Dan bapak dulu mengaplikasikan ilmu pawang hujan itu untuk sepak bola, yakni bantu Persipura Jayapura yang dulu," kata wanita kelahiran Jayapura, 22 Oktober 1983 ini.
Tahun 1988, sang ayah meninggal dan Rara menonton video milik ayahnya tentang dunia lain.