"Saya waktu itu pusing harus belajar baca 78 kartu tarot, dan karena bisa ngobrol dengan arwah saya cari di google cari gambar Bu Ani Sekarningsih dan saya ngobrol dengan arwahnya di alam gaib saya belajar dengan Ani Sekarnigsih itu. Banyak yang bilang kalau saya saat itu pakai teknik visualisasi ada yang bilang halusinasi juga tapi saya memang beneran belajar dari bu Ani," katanya.
Sore sekitar pukul 15.00 ia berangkat dari Salemba menuju ke DPD.
"Di sana ngeramal politisi, tak ramal semua, sampai sore jam 6 sore dapat Rp 3.5 juta dan bisa buat beli tiket ke Bali," katanya.
Ia ke Bali pada Maret 2015 dan sampai di Bali menuju ke Puri Satria.
Sampai di puri, Cok Rat menyarankan pada dirinya untuk pergi ke Pura Besakih dan beberapa pura lainnya.
Dekat dengan Dunia Artis
Selain jadi pembaca kartu tarot dan meramal nasib beberapa artis Tanah Air, RR Istiati Wulandari juga merupakan seorang pawang hujan.
Ia telah melakoni pekerjaan menjadi pawang hujan ini sejak masih usia sembilan tahun dengan menjadi pawang hujan di acara wayang di daerah Yogyakarta.
Membaca Lontar dan Meditasi di Besakih
Bahkan ia pernah membuka lontar tentang melik di Klungkung dan memang terbukti ia seorang yang melik (indigo).
Sehabis meditasi di Besakih ternyata turun hujan, dan ajudannya Cok Rat mengingatkan tentang dirinya yang bisa memindahkan hujan.
Ia pun mencoba, namun yang biasanya ia menggunakan asap kemenyan maupun rokok, kini ia menggunakan dupa.
"Saya coba pakai dupa dan awan mendung bisa saya geser. Dan rejeki saya memang dari Bali," tuturnya.
Dipercaya Para Pejabat
Sejak tahun 2015 sampai 2019 ini, Rara dipromosikan oleh Cok Rat untuk menjadi pawang hujan di beberapa acara besar atau hajatan orang penting.
"Saya jadi pawang hujan saat nikahan anaknya pak Budi Gunawan, nikahan anaknya Pak Oesman Sapta Odang," katanya.
"Agak surprise sebenarnya, karena di sana sudah ada pawang hujan yang lokal. Tapi saat itu Pak Hasto (Hasto Kristiyanto) datang ke Puri Satria terus diminta bantu pawang hujan biar di sana ada tambahan orang Bali," paparnya.
"Dia bilang ke saya, Mbak kok pakai baju kebaya, cantik, nanti luntur makeup-nya. Kita ketahui kan kalau pawang hujan itu lumrah pakai baju hitam serem, aku pakai pakaian biasa dan bahkan pakai makeup, jadinya saya minggir dulu," kisahnya.
Rara pun meminta izin menyalakan dupa untuk ikut membantu.
Selain itu, ia juga merupakan pawang hujan saat pelaksanaan Asian Games.
Rara menceritakan bagaimana perkenalan awalnya dengan Menpora Imam Nahrawi di Puri Agung Singaraja.
Perkenalan ini bermula dari tarot, di mana ia dimintai bantuan oleh Anak Agung Ugrasena untuk membaca tarot.
Kemudian dari sana Anak Agung Ugrasena mengutarakan acara Muhaimin Iskandar di Puri Agung Singaraja.
Dari hasil ramalannya, acara tersebut akan dihadiri oleh empat menteri dan ia menyatakan akan membantu menjadi pawang hujan saat acara tersebut.
Saat itulah dia kenal dengan Imam Nahrawi dan saat Asian Games diminta untuk menjadi pawang hujan.
Ia mulai membantu menjadi pawang hujan sejak tanggal 17 Agustus 2018 saat persiapan Asian Games.
Dalam bertugas menjadi pawang hujan, ia juga mensinkronkan dengan ramalan cuaca dari BMKG.
Kenal Indra Sjafri
Dalam penutupan Asian Games tanggal 1 September 2018, ia mengaku sempat ada miskomunikasi sehingga sempat turun hujan.
Namun ia mampu menguasai keadaan sehingga hujan menjadi reda, usai mengelilingi stadion Gelora Bung Karno sebanyak tiga kali, dan memohon petunjuk Tuhan.
Begitupun saat piala AFC U-19 antara Indonesia melawan Jepang ia juga didapuk sebagai pawang hujan oleh Coach Indra Sjafri.
"Saat AFC ini saya memang dibeliin tiket sama Coach Indra Sjafri," katanya.
Ia mengaku bisa bekerja dari jarak jauh sebagai pawang hujan jika sudah hafal dengan lokasi atau tempatnya bertugas.
Rara juga mesti melakukan komunikasi secara sekala niskala yakni dengan orang yang punya acara dan juga penunggu tempat pelaksanaan acara. (Putu Supartika)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Perjalanan Menarik Rara Wanita Indigo, dari Keraton hingga Bali, Sosok Ini 'Pintu' Nama Besarnya