"Kalau kampanye sejauh belum ada. Baik untuk Capres maupun caleg. Kalau sosialisasi dari KPPS/KPU memang ada," kata dia.
Mereka mengatakan untuk data, keduanya sudah masuk dalam daftar DPT pemilih.
Dan menurutnya seluruh masyarakat yang telah memiliki hak pilih juga telah masuk dalam DPT.
Bagi Saifudin yang sudah 42 tahun bermukin di Pulau Sebesi (sejak lahir), saat ini warga masih fokus untuk mengembalikan kondisi kehidupan pasca tsunami selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu.
Terutama di Dusun III dan IV yang terkena dampak terparah.
Karenanya gaung pemilu serentak 17 April 2019 kurang terasa di masyarakat.
Karena menurutnya, rasa khawatir akan terulang kembalinya peristiwa tersebut masih ada pada warga Pulau Sebesi.
Apalagi, jika melihat kondisi GAK saat ini pasca erupsi akhir tahun lalu.
Menurutnya, sesekali masih terdengar suara dentuman dari arah GAK. Dan sesekali masih terpantau adanya aktivitas vulkanik pada gunung api yang kembali muncul pada kaldera induknya yang meletus 1883 silam itu.
Baca: Petisi WNI di Australia dan Peluang Pemilu Susulan
Dimana saat ini GAK memiliki kawah yang cukup luas yang menghadap ke arah laut lepas yang kini terisi air.
Saat ada aktivitas vukanik dari perut bumi yang keluar melalui kawah, maka air yang menggenagi kawah terlihat terlontar ke atas.
"Justru sekarang kondisinya lebih ngeri. Seluruh vegetasi (tumbuhan) yang sebelumnya ada mengerik. Sudah ada kawah yang lebar. Pastilah rasa khawatir kita yang di pulau masih ada," ujarnya.
Sementara Alimin, tokoh masyarakat di Desa Tejang Pulau Sebesi saat bersilaturahmi dengan kapolres mengatakan kondisi masyarakat di Pulau Sebesi saat ini kondusif.
Dan masyarakat pun siap berpartisipasi pada pemilu 17 April nanti, serta melaksanakan pemilu dengan aman dan damai.