Suasana sempat memanas, sekitar pukul 09.00 saat salah satu PTT gusar lantaran tidak terima kebijakan Pemkot Kupang memberhentikan ratusan PTT.
Ia berjalan ke sana ke mari di depan kantor wali kota sembari teriak-teriak.
"Pemkot bunuh kami secara halus, bagaimana nasib kami, apa alasan kami diberhentikan," teriaknya.
Pria yang mengenakan baju kotak-kotak dipadu celana jeans biru itu, beberapa kali didekati oleh Satpol PP untuk memintanya tenang, sebab di lantai satu kantor wali kota akan dilangsungkan ibadat ekumene.
Selang beberapa saat kemudian suasana di dekat papan pengumuman yang berada di sisi kiri Kantor Wali Kota Kupang riuh.
Baca: UPDATE Real Count KPU: Prabowo Kuasai Hampir Seluruh Wilayah di Sumatera Barat kecuali Wilayah Ini
Kaca papan pecah dan berhamburan di lantai.
Tidak terlihat siapa yang memecahkan kaca tersebut karena puluhan PTT, tampak mengerumuni papan pengumuman sehingga tak terlihat.
Anggota Satpol PP dan aparat kepolisian yang sedang berjaga sontak berupaya menenangkan para PTT yang ribut dekat papan pengumuman tersebut.
Tak berhenti di situ, pria berbaju kotak-kotak tadi tiba-tiba masuk ke dalam ruangan lantai satu dimana para peserta ibadat ekumene sedang mempersiapkan diri untuk berdoa.
"Kalian tidak punya hati, hati nurani kalian di mana, kami sedang susah. Percuma kalian berdoa. Mana Pa Jefri dan Pa Herman, kami ingin ketemu, tolong jelaskan kepada kami, kenapa kami diberhentikan," ungkapnya.
Para peserta ibadat pun hanya duduk tenang tak merespon.
Beberapa saat kemudian muncul salah seorang PTT. Wajahnya tampak lesu.
Kepada Pos Kupang, ia mengatakan dirinya sangat kecewa dengan kebijakan Pemerintah Kota Kupang memberhentikan PTT.
"Terus terang, saya sangat kecewa. Mengapa kami tidak diberitahu. Saya sudah kerja selama belasan tahun di Dispenda. Apa dasar pemberhentian ini," ungkap pria bernama Frit Janggur ini sembari meneteskan air mata.