T-50 menggunakan mesin General Electric F404 afterburning turbofan yang mempunyai kecepatan maksimal 1.728 kilometer per jam.
Baca: Polisi Amankan 2 Remaja Pelaku Aksi Buka Baju Saat Sahur On The Road, AD Nyaris Tanpa Busana
Pesawat ini memiliki persenjataan kanon 20 mm General Electric M61 Vulcan dengan 205 peluru diumpankan linier tanpa sambungan yang bisa dipasang internal tepat di belakang kokpit.
Selain itu terdapat rudal AIM-9 Sidewinder yang terpasang pada tiap ujung sayap.
Ada juga peluncur roket peluncur roket LAU-3 dan LAU-68, bom kluster CBU-58 and Mk-20, dan bom multiguna Mk-82, Mk-83, dan Mk-84 .
Saat ini, negara yang menggunakan jenis ini adalah Korea Selatan, Filipina, Thailand dan Irak.
Seperti diketahui, TNI AU melalui akun Twitter-nya, @_TNIAU menyatakan akan melakukan kegiatan membangunkan sahur dengan menerbangkan pesawat tempur di wilayah udara beberapa kota, menjadi viral di media sosial
Dalam twit tersebut, beberapa kota yang disebut akan dilintasi oleh pesawat tempur milik TNI AU adalah Surabaya, Surakarta, Klaten, Sragen, Jogja, Papringan, Wirobrajan, Gejayana, Tukangan, Maguwo, Kotagede, dan sekitarnya
Kepala Subdinas Penerangan Umum AU, Kolonel Sus M Yuris pun angkat bicara mengenai tweet tersebut
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Viral Pesawat TNI AU Akan Ikut Tradisi Bangunkan Sahur, Ini Penjelasannya', Yuris mengungkapkan misi utama kegiatan ini dalam rangka menyiasati waktu terbang bagi para penerbang tempur TNI AU selama bulan Ramadhan.
"Misi utama bukan membangunkan sahur tapi maintain kemampuan terbang malam atau subuh, bagi penerbang tempur TNI AU," kata Yuris.
Terbang di waktu subuh atau jam-jam sahur selama bulan Ramdhan menjadi opsi yang paling mungkin diambil, sebab para penerbang tempur yang menjalankan puasa tidak diperkenankan menerbangkan pesawat di atas pukul 10.00 pagi.
"Pukul 10.00 pagi adalah batas waktu yang diberikan oleh tim medis untuk terbang di saat puasa karena lebih dari waktu itu, kadar gula darah sudah menurun dan tidak fit untuk terbang, kecuali membatalkan puasa jika diperlukan," kata Yuris saat dihubungi Kompas.com Rabu (8/5/2019) siang
Dalam kondisi berpuasa, setelah pukul 10.00, para penerbang hanya diperkenankan untuk siap siaga operasi, tidak menerbangkan pesawat kecuali dalam kondisi darurat dan membatalkan puasanya.
"Bagi penerbang tempur Muslim, jika ingin tetap berpuasa maka mereka hanya boleh standby operasi setelah pukul 10.00 pagi.
Kecuali dalam keadaan darurat yang mengharuskan scramble," kata Yuris.
Jadi, penerbangan di waktu sahur ini, selain menyiasati waktu terbang para penerbang tempur Muslim yang berpuasa, juga sekaligus dapat juga membangunkan masyarakat untuk makan sahur.