"Kalau saya kan sudah ada keluarga, jadi tinggal di Kotamobagu," ungkapnya.
Selama di Kombot, sang kakak mengaku jika FB selalu pulang ke rumah usai bermain.
"Paling lambat jam 6 sore dia sudah di rumah," ujarnya.
Namun hari itu, sang adik tidak pulang hingga larut malam.
"Mama sudah cari keliling desa, tapi kata orang dia sedang pergi mandi di desa sebelah," ucap dia.
Dua hari kemudian, sang kakak justru dikejutkan dengan kabar penemuan mayat di kebun.
"Mereka bilang itu adik saya, tapi saya belum yakin," kata dia.
Ia pun pergi ke kebun tersebut untuk memastikan kabar itu.
"Saya naik ke gunung dengan keadaan hamil besar, sudah tak ada lagi pikiran lain selain melihat Fidya," ujarnya.
Tika (sapaan akrabnya) lalu memeluk adiknya tersebut.
"Tangan saya gemetar. Entah marah atau sedih," katanya.
Sebulan berlalu, pelaku pembunuhan sang adik pun belum juga ditemukan polisi.
Pihak keluarga pun mulai mengambil cara-cara gaib untuk mengetahui siapa pelaku pembunuhan sang adik.
Bahkan Tika mengaku pernah membuka mata batinnya di salah satu desa untuk mencari tahu, siapa yang tega berbuat seperti itu pada adiknya.