Harian Surya bertemu dengan kakak pertama Tri Ernawati, berinisial B yang usianya sekitar (52).
Saat ditanya soal kabar ini, B tak banyak bicara.
Dia juga mengatakan, tak tahu-menahu soal kabar kembalinya anak Tri Ernawati.
Tetapi, bila anak tersebut benar dikembalikan ke keluarga, dirinya akan menerimanya.
"Saya tidak tahu kabar itu. Bila dikembalikan kami akan menerima dan merawatnya," pungkasnya.
Sementara itu, anak-anak pasangan Anton Febrianto (47)- Puspitasari (47), juga termasuk yang dirawat kemensos.
Saat itu, tepatnya pada 13 Mei 2018, bom yang disiapkan untuk bunuh diri itu tiba-tiba meledak kamar nomor 2 Blok B lantai 5 Rusunawa Wonocolo, Taman, Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo.
Dalam peristiwa itu pasangan Anton Febrianto-Puspitasari dan seorang anaknya tewas terkena ledakan bom ransel. Sedangkan tiga anak Anton berhasil diselamatkan.
Butuh keluarga
Direktur Rehabilitasi Anak Kementerian Sosial (Kemensos) Kanya Eka Santi mengatakan, tujuh anak pelaku bom Surabaya terdiri dari empat anak perempuan dan tiga anak laki-laki yang usianya bervariatif mulai dari 7 tahun, 8 tahun, 10 tahun, 13 tahun dan 14 tahun.
Mereka telah diasuh Kemensos selama 12 bulan.
Mereka selalu didampingi petugas bersama neneknya lantaran anak-anak membutuhkan sosok kehadiran keluarga.
"Karena orangtuanya sudah meninggal maka dari itu kami menghadirkan neneknya dari awal pengasuhan di Kemensos," ujar Kanya Eka Santi.
Kanya menjelaskan, sebetulnya upaya Kemensos melalui rehabilitasi sosial adalah usaha yang dilakukannya secepat mungkin untuk mengembalikan anak pada keluarga dan komunitas lingkungannya.
Baca: Taksi Online Dihajar KRL Commuter Line di Pagedangan Tangsel, 4 Tewas dan 4 Lainnya Luka