TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Salah satu nama yang disebut-sebut masuk bursa calon menteri asal Bali dalam kabinet Jokowi jilid II adalah Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace.
Bahkan Cok Ace digadang-gadang sebagai Menteri Pariwisata.
Cok Ace dinilai layak menduduki kursi Menteri Pariwisata karena merupakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali.
Selain pelaku pariwisata, Cok Ace juga punya latar belakang sebagai akademisi.
Namun saat dikonfirmasi Tribun Bali, Rabu (22/5/2019), Cok Ace mengaku tidak terpikir untuk menjadi menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Menurutnya, Presiden Jokowi memiliki standar khusus dalam memilih calon pembantunya.
"Wah jauh, jauh, sangat jauh sekali. Nggak lah, saya kira Pak Jokowi punya cara dalam memandang calon menterinya," kata Panglingsir Ubud ini.
Cok Ace pun mengaku saat ini lebih memilih fokus dalam posisinya sebagai Wagub Bali mendampingi Gubernur Wayan Koster.
"Apalagi banyak Pergub dan Perda yang kita bahas," ujarnya.
Bupati Eka Masuk Bursa
Selain Cok Ace, nama Bupati Tabanan Eka Wiryastuti juga masuk bursa kabinet Jokowi-Ma’ruf.
Eka Wiryastuti merupakan kader PDIP dan dikenal sangat dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Rofiq, sempat mengungkapkan dalam susunan kabinet yang baru, Jokowi bakal mengisi para pembantunya dengan kaum-kaum muda.
Salah-satunya menteri muda, pintar, dan cantik.
"Dalam pertemuan tanggal 28 April 2019 setelah pemilu. Jokowi sampaikan ingin ada menteri muda, pintar, cantik. Beliau suruh cari itu," ungkap Ahmad Rofiq dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2019) lalu.
Apakah kriteria tersebut mengarah kepada Eka Wiryastuti? Entahlah.
Saat Tribun Bali mencoba mengkonfirmasi perihal bursa menteri asal Bali ini, Eka gagal dihubungi, kemarin.
Anak dari Adi Wiryatama ini tak menjawab panggilan telepon Tribun Bali.
Bali Suara Tertinggi untuk Jokowi
Bali menjadi provinsi dengan perolehan suara tertinggi untuk pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Karena itu Bali berpeluang mendapat jatah dua menteri dalam kabinet Jokowi.
Empat nama pun sudah beredar masuk bursa menteri asal Bali.
Sebelumnya, Selasa (21/5/2019) dini hari, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah merampungkan rekapitulasi Pemilu Serentak 2019, termasuk Pilpres.
Dari hasil tersebut pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul telak dari pasangan lawannya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Jokowi-Ma'ruf meraih 85.607.362 suara atau 55,50 persen.
Sementara perolehan suara Prabowo-Sandi 68.650.239 atau 44,50 persen.
Selisih suara kedua pasangan mencapai 16.957.123 atau 11 persen.
Hasil spektakuler ditorehkan Jokowi-Ma’ruf di Bali.
Pasangan yang diusung oleh PDIP, Golkar, PPP, NasDem, PKB, Hanura, PSI, Perindo, dan PKPI ini meraih 91,68 persen atau setara 2.351.057.
Sedangkan Prabowo-Sandi yang diusung oleh Gerindra, PKS, PAN, Demokrat, dan Berkarya hanya memperoleh 8,32 persen atau hanya setara 213.415.
Perolehan suara Jokowi-Ma’Maruf pada Pilpres 2019 yang mencapai 91,68 persen ini jauh melampaui raihan Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 sebesar 1.535.110 suara atau 71,42 persen.
Bali menjadi provinsi yang menyumbang suara tertinggi untuk Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019.
Jokowi pun memberi apresiasi tinggi atas pilihan masyarakat Bali ini.
Kemenangan telak ini memunculkan wacana bertambahnya peluang jatah menteri.
Bali dinilai layak mendapat dua kursi menteri dalam kabinet Jokowi jilid II.
Seperti diketahui, saat ini Bali memiliki satu wakil di kabinet Jokowi jilid I atau Kabinet Kerja, yakni Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga yang menjadi Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM).
Kini beberapa nama digadang-gadang masuk dalam bursa kabinet Jokowi-Ma'ruf.
Selain petahana AAGN Puspayoga, ada empat nama lain yang beredar sebagai calon menteri baru.
Mereka adalah Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace, serta Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti.
Dua tokoh lainnya Anggota DPD RI Dapil Bali, Gede Pasek Suardika dan politikus NasDem, I Gusti Putu Artha. Pasek dan Putu Artha sama-sama menjadi anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf.
Hak Tunggal Presiden
Saat dikonfirmasi Tribun Bali, Rabu (22/5/2019) perihal calon menteri ini, Pasek Suardika menyatakan hingga saat ini di Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf dan Presiden Jokowi belum ada pembahasan mengenai jatah menteri.
Ia menegaskan pemberian jatah menteri tetap ada di tangan presiden.
Baca: Arifin Ilham Meninggal, Ini Wajah Bayi Usia Satu Bulan dari Istri Ketiga, Si Buah Hati Kini Yatim
"Semua hak tunggal Presiden," katanya via telepon selular.
Dengan perolehan suara tertinggi di Bali, Pasek menyatakan jatah satu menteri dari Bali sudah hampir pasti.
Jatah ini bisa bertambah jadi dua apabila ada dorongan dari partai pengusung dengan menyodorkan dua tokoh yang dinilai mampu mewakili ketokohan atau kepakaran serta aspek lainnya yang ikut mempengaruhi keterwakilan baik suku, agama, kewilayahan, dan lain sebagainya.
"Cukup memungkinkan dapat lebih, meski itu sulit. Tapi kalau satu hampir pasti," ungkap Pasek.
Menurutnya yang menjadi dasar penentuan jatah menteri tidak melihat persentase tiap provinsi.
Tapi tetap jumlah suara keseluruhan di Tanah Air.
Baca: Dalang Kerusuhan 22 Mei Telah Diketahui Pemerintah, Wiranto: Akan Ditindak Tegas!
"Secara jumlah Bali kan tidak terlalu besar walau besar secara prosentase," ujar Pasek, yang saat dihubungi sedang berada di Turki.
Politikus yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Hanura ini menyebutkan adanya pertimbangan kepentingan nasional dalam konfigurasi menteri.
Karena itu dirinya meminta semua pihak untuk menyerahkan kepada Jokowi-Ma'ruf dalam menyusun kabinetnya.
"Banyak pertimbangan untuk kepentingan nasional dalam konfigurasi menteri. Jadi kita serahkan ke Presiden Jokowi saja," paparnya.
Saat disinggung mengenai peluangnya untuk menjadi menteri kabinet Jokowi jilid II, Pasek tidak mau berandai-andai dan berharap.
Apalagi, partainya saat ini tidak lolos Parliamentary Threshold (PT) 4 persen.
Baca: Sumbang Suara Tertinggi untuk Jokowi, Bali Layak Dapat Jatah Dua Menteri
"Kecil kemungkinan sehingga jangan terlalu berharap. Bali pasti rekomendasi dari merah (PDIP, red). Harus realistis membaca peta politiknya," ucap GPS, yang kini kembali aktif sebagai pengacara.
Sementara anggota TKN Jokowi-Ma'ruf lainnya, I Gusti Putu Artha, menyebut peluang Bali mendapat dua kursi menteri terbuka lebar.
Hanya saja, ia meminta semua pihak menyerahkan kepada Jokowi untuk memilih siapa pun yang akan menjadi pembantunya di kabinet.
"Jokowi harus memperhatikan keterwakilan profesional, parpol, dan pluralitas bangsa. Maka saya pikir Bali mesti memahami suasana ini dan menyerahkan Jokowi mengambil keputusan," katanya.
Mengenai peluang dirinya untuk menjadi menteri Jokowi, politikus yang kini duduk sebagai Ketua Komisi Saksi Nasional (KSN) DPP NasDem ini mengaku menyerahkan hal tersebut kepada partai.
Baca: Kaesang Pangarep Ikut Kuis Siapa Artis Indonesia Terganteng, Begini Jawabnya
"Saya serahkan kepada partai. Bukan soal siap atau tidak siap. Jika parpol punya kebijakan lain saya tunduk pada sikap partai," ungkap mantan anggota KPU RI ini.
Tanggapan Koster
Terpisah, Ketua DPD PDIP Bali yang juga Gubernur Bali, Wayan Koster, belum mau memberikan tanggapan terkait peluang Bali mendapat jatah dua menteri. Ia pun menolak membahas kabinet Jokowi.
"Nggak usahlah bicara begitu, saya nggak mau bicara soal itu dulu," katanya singkat, Rabu (22/5/2019).
Koster hanya mengimbau seluruh komponen masyarakat agar menerima hasil Pilpres yang telah ditetapkan KPU.
"Kemenangan Pak Jokowi dalam Pilpres harus dimaknai sebagai kemenangan bersama seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.
Sedangkan Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, mengaku tidak mau berandai-andai mengenai jatah menteri untuk Bali.
Politikus senior PDIP ini hanya berharap pemerintahan Jokowi jilid II ini lebih banyak memperhatikan Bali, mengingat Bali berhasil memenangkan Jokowi di atas 90 persen.
"Ah, aku nggak mau berandai-andai, itu hak prerogatif Presiden. Kita hanya minta pemerintahan Jokowi jilid II ini lebih banyak memperhatikan Bali, banyak proyek infrastruktur yang diberi ke Bali," paparnya.
Selama ini, Bali selalu langganan mendapat jatah satu menteri di kabinet, dari era Presiden Soeharto hingga Jokowi.
Setidaknya ada lima tokoh Bali pernah menjadi menteri.
Mulai dari Ida Bagus Sudjana (almarhum) di era Orde Baru yang menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi (1993-1998).
Selanjutnya di era Reformasi Pembangunan Pemerintahan Presiden Habibie, mantan Gubernur Bali Ida Bagus Oka (almarhum) menjadi Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN.
Kemudian di bawah pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, sosok I Gede Ardika dipercaya menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
Baca: Titik-Titik Aksi 22 Mei yang Perlu Dihindari
Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kembali Bali mendapat jatah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata yang dipercayakan kepada Jero Wacik.
Politikus Demokrat ini kemudian digeser sebagai Menteri ESDM.
Dan saat ini Puspayoga menjabat sebagai Menteri Koperasi dan UKM.
Mantan Wakil Gubernur Bali ini masih berpeluang kembali menempati jabatan serupa hingga lima tahun mendatang di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Namanya Disebut Masuk Bursa Calon Menteri Asal Bali, Cok Ace Belum Terpikir Jadi Menpar