TRIBUNNEWS.COM - Berdasar laporan kepolisian, dua orang tewas dan delapan lainnya mengalami luka-luka dan harus mendapat perawatan intensif dalam bentrokan berdarah yang terjadi di Buton, Sulawesi Tenggara, Rabu (5/6/2019).
Kapolda Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigjend Irianto mengatakan, pemicu terjadinya pertikaian antarawarga Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo karena salah paham.
Sementara itu, puluhan rumah dibakar massa akibat bentrokan antara Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo tersebut.
Ratusan warga yang merasa ketakutan pun mengungsi.
Berikut ini fakta bentrokan lengkapnya:
1. Gara-gara memainkan gas motor
Menurut keterangan polisi, bentrokan warga Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo diawali aksi ugal-ugalan sekelompok pemuda dari Sampuabalo saat melintasi Desa Gunung Jaya dengan sepeda motor.
“Karena kesalahpahaman antara Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo, yang diawali dari pemuda Sampuabalo yang melintas di Desa Gunung Jaya, karena memainkan gas motor. Masyarakat Gunung Jaya terganggu dan tidak terima sehingga masyarakat mengeluarkan pernyataan yang tidak mengenakan," kata Irianto, di Desa Gunung Jaya, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, Kamis (6/6/2019) siang.
Melihat kelakuan tidak sopan para pemuda dari Sampuabalo, warga Desa Gunung Jaya pun terpancing emosinya.
Warga desa pun mengeluarkan kata-kata kotor yang menyinggung para pemuda Sampuabalo.
2. Aksi lempar batu dan bakar rumah
Tidak terima dengan perkataan para warga Desa Gunung Jaya, para pemuda tersebut kembali datang untuk menyerang.
"Kejadian tersebut berlanjut, tak lama kemudian, masyarakat Sampuabalo tiba-tiba datang ke Gunung Jaya terjadi lemparan batu. Masyarakat Desa Gunung Jaya sangat sedikit penghuninya, sehingga ada pembakaran,” ujar Irianto.
Menurut Bupati Buton, La Bakri, ada sekitar 700 warga Desa Gunung Jaya mengungsi di rumah-rumah warga Desa Laburunci.