TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Batok, atau tempurung kelapa biasanya dimanfaatkan untuk membuat arang.
Atau hanya dibuang begitu saja menjadi kayu bakar dan tak memiliki nilai guna.
Namun, tidak bagi Hendi Gunawan, 23 tahun. Pria asal Dusun Sompok, Desa Sriharjo, Kabupaten Bantul itu menggunakan limbah tempurung kelapa sebagai bahan baku pembuatan cincin.
Namanya kerajinan Cincin Bathok. Bentuknya unik dan tentu memiliki nilai ekonomis.
Satu cincin model standar dijual oleh Hendi dengan harga Rp 25 ribu.
Harga tersebut akan berbeda ketika motif dan lapisan cincin dibuat lebih banyak, lebih bervariasi sesuai keinginan pelanggan.
• Mencicipi Kuliner Unik, Mie Ayam Batok Kelapa
"Misalkan cincin ingin dibuat lima lapis, maka harganya bisa Rp 40 ribu. Beli pasangan, nanti ada diskon," kata Hendi, saat ditemui di rumahnya, Selasa (18/6/2019).
Cincin Bathok dari hasil buah tangan Hendi dijual secara online.
Produksinya sejauh ini masih terbatas berdasarkan pesanan karena merupakan usaha sampingan.
Namun, omset yang didapatkan selama cukup menjanjikan.
Setiap Minggu, menurutnya pasti ada saja pelanggan yang pesan.
Kadang bisa sampai 4 pasang atau 8 cincin.
"Perbulan omsetnya Rp 1.5 juta sampai Rp 2 juta rupiah," katanya.
Kedepan, Mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ini mengaku akan terus mengembangkan usahanya.
Bukan hanya sebatas pada pembuatan cincin.
Namun merambah pada kerajinan gelang hingga kalung.
Terinspirasi dari Teman
Ketika ditemui dirumahnya, Hendi tampak tengah membuat cincin berbahan bathok kelapa dibantu rekannya, Dias Arya.
Mereka memotong bathok kelapa menjadi beberapa bagian sesuai ukuran.
• Dengan Sentuhan Kreatif, Pria Asal Bantul Ini Sulap Limbah Batok Kelapa Jadi Celengan Karakter Unik
Potongan Bathok kelapa kemudian dibor dan diamplas sehingga permukaan tampak halus.
Untuk menambah motif dan variasi, potongan Bathok kelapa ditambah dengan potongan limbah dari bekas tempat kartu perdana.
Disatukan dengan cara di-lem.
Limbah bekas tempat kartu perdana ini akan membuat cincin memiliki motif bercorak putih.
"Kita juga ada motif polkadot. Polkadot ini dibuat dengan menambahkan kayu gelugu," ujar dia, lalu menunjukkan kayu glugu sebagai tambahan motif cincin.
Meski hanya terbuat dari limbah bathok kelapa namun cincin yang dihasilkan cukup bagus.
Bagian sisinya rapi. Sangat unik dan langka.
Karena cincin selama ini umumnya terbuat tembaga, emas ataupun perak.
Diceritakan Hendi, usaha kerajinan bathok kelapa--dibuat menjadi cincin--baru dirintis sejak setengah tahun silam.
Tepatnya pada bulan November tahun 2018 lalu.
• Ini Sebabnya Planet Bumi Tak Memiliki Cincin seperti Saturnus
Awal mulanya, kata dia, ada seorang teman memakai cincin bathok. Ia kemudian tertarik untuk meniru.
Menurut dia, pembuatan sejak pertama kali dilakukan secara otodidak tanpa ada tutorial.
Tanpa diberi tau caranya.
"Saya coba-coba membuat. Ternyata bagus, lebih halus. Kemudian saya pakai, ternyata banyak yang pengen. Banyak yang minta tolong dibuatin," kenang dia.
Awalnya, teman-teman yang tertarik memakai cincin, dibuatkan oleh Hendi secara cuma-cuma. Gratis.
Namun seiring dengan semakin banyaknya permintaan, atas usulan dari seorang teman, Hendi akhirnya memberikan tarif sekedar sebagai uang jasa.
Hingga saat ini usaha cincin bathok terus berjalan.
Pangsa pasar yang dibidik oleh Hendi merupakan anak-anak muda dan kalangan menengah.
Selama ini menurutnya permintaan bukan saja datang dari DIY namun sudah merambah sampai Depok hingga Jakarta.(TRIBUNJOGJA.COM)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Pemuda di Bantul Ini Sulap Limbah Batok Kelapa Jadi Kerajinan Cincin, https://jogja.tribunnews.com/2019/06/18/pemuda-di-bantul-ini-sulap-limbah-batok-kelapa-jadi-kerajinan-cincin?page=all.
Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: Ari Nugroho