Puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada bulan Juli hingga Agustus mendatang.
Fenomena suhu yang lebih dingin dari biasanya juga melanda wilayah Yogyakarta dan Bandung.
Penjelasan BMKG
Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Cuaca BMKG Staklim Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa mengatakan, ada tiga penyebab udara dingin yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
Pertama, adanya pengaruh atau dampak angin monsoon Australia di mana udaranya dingin dan kering.
"Angin yang bertiup melewati Indonesia ini juga disebut sebagai Monsoon Dingin Australia," jelas Sigit, dikutip Tribunnews.com dari Tribun Jogja.
Sedikitnya awan juga jadi penyebab kenapa suhu lebih dingin.
Sebab, bila biasanya sinar Matahari yang masuk ke Bumi bisa tertahan oleh awan, kali ini terbuang kembali ke luar angkasa.
Akibatnya, panas yang biasanya juga tertahan turut hilang.
Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Sejumlah Wilayah Alami Cuaca Ekstrem 24 Senin Juni 2019
Selain itu, saat ini, sejumlah wilayah juga mulai memasuki musim kemarau sehingga kandungan air di dalam tanah dan di udara menjadi rendah.
Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara, menyebabkan suhu dingin yang kering.
Hal senada juga disampaikan peneliti cuaca dan Iklim BMKG Provinsi Jawa Barat, Muhamad Iid Mujtahiddin.
Mujtahiddin menyebut, suhu dingin yang terjadi di Bandung atau Jawa Barat seperti ini merupakan fenomena wajar sebagai penanda datangnya musim kemarau.
"Berdasarkan pantauan alat pengukur suhu udara, tercatat selama Juni 2019, suhu udara terendah tercatat sebesar 17 derajat celcius pada Jumat (21/6/2019)," kata Muhamad Iid dikutip Tribunnews.com dari Tribun Jabar.