Pemkot Semarang akan benar-benar menutup Resosialisasi Argorejo atau Lokalisasi Sunan Kuning (SK) Semarang tanggal 15 Agustus 2019.
Berbagai persiapan dan pelatihan keterampilan telah dilakukan. Namun demikian sebagian PSK mengaku belum siap adanya penutupan.
"Pelacuran tak akan berakhir selama laki-laki hidung belang ada," begitulah ungkapan beberapa PSK di Lokalisasi Sunan Kuning.
Ungkapan tersebut dilontarkan beberapa wanita penghibur saat ditemui Tribun Jateng. Intinya, memberantas pelacuran dengan menutup lokalisasi merupakan hal yang muskil.
Secara formal, penutupan lokasi bisnis esek-esek itu bisa dilakukan, namun secara esensial merupakan hal yang pelik lantaran pelacuran bisa dilakukan di mana saja, tidak hanya di lokalisasi.
Karenanya, praktik prostitusi tak akan punah ketika satu salurannya disumbat.
"Kalau ini ditutup, kami akan turun ke jalan, 'main' di hotel. Di sana malah tidak terkontrol lagi," kata seorang WPS yang dikenal dengan sapaan Mba Ayu (42).
Meskipun demikian, wanita asal Temanggung itu mengatakan tidak semua orang bisa menyewa kamar hotel.
Begitu juga dirinya, tidak bisa bolak-balik dari Temanggung ke Semarang hanya untuk melayani pria hidung belang.
Menurutnya, wanita yang menjajakan dirinya di jalan-jalan atau secara online (daring) justru tidak terkontrol atau liar.
Baca: Anggota DPRD Kolaka Utara Meninggal di Hotel, Benarkah karena Kecapaian?
Berbeda dengan di lokalisasi dimana terdapat struktural pembina atau pengelola yang jelas.
Tugas pembina atau pengelola melakukan koordinasi dengan para 'anak asuh' dan pengusaha di lokalisasi untuk melakukan serangkaian kegiatan, termasuk dari Pemerintah Kota Semarang.
Kegiatan yang dimaksud antara lain pemeriksaan kesehatan penghuni lokalisasi, pelatihan keterampilan, dan sosialisasi terkait bidang lainnya.
Pengawasan juga dilakukan untuk menghindari wanita di bawah umur nekat menyediakan jasa seks di kompleks SK.