TRIBUNNEWS.COM - Bupati Teluk Wondama buka suara soal meninggalnya tenaga medis Patra Marinna Jauhari.
Pria yang akrab disapa Mantri Patra itu meninggal dunia saat bertugas di Kampung Oya, Distrik Naikere, Teluk Wondama, Papua Barat pada Selasa (18/6/2019).
Mantri Patra dikabarkan meninggal dunia karena tak kunjung mendapatkan bantuan, setelah sakit berhari-hari di pedalaman yang tak ada akses jalan.
Menanggapi pemberitaan tersebut, Bupati Teluk Wondama, Bernadus Imburi angkat bicara.
Dikutip dari Kompas.com, pemberitaan tersebut cenderung tidak seimbang dan menyudutkan pihak tertentu.
Baca: Penyesalan Bupati Wondama Tak Tepat Waktu Jemput Mantri Patra, Pihak Keluarga Beri Tanggapan
Baca: Isi Pesan Terakhir Mantri Patra Sebelum Kematian Menjemput Kala Bertugas di Pedalaman Papua Barat
Dijelaskannya, akses jalan ke Kampung Oya tempat Mantri Patra bertugas, memang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki 4 sampai 5 hari.
Jika tidak, satu transportasi yang bisa digunakan hanya helikopter.
"Penugasan mantri Patra ke kampung Oya sebagai bagian dari upaya Pemkab Wondama memenuhi pelayanan kesehatan di Kampung Oya, termasuk Kampung Undurara dan Onyora, Distrik Naikere," ungkap Bernadus, Selasa (25/6/2019).
Bernadus menuturkan, mantri Patra ditugaskan sejak 3 April hingga 8 Juli 2019.
Bukan sampai 8 Juni seperti pemberitaan yang banyak beredar.
Pemberitaan lain yang juga dibantah oleh Bernadus adalah perihal berapa lama mantri Patra menderita sakit.
Baca: Telat Kirim Helikopter untuk Jemput Mantri Patra, Bupati Wondama Sesali Kesalahannya
Baca: Inilah Doa Terakhir Mantri Patra yang Ia Tulis Sebelum Meninggal saat Mengabdi di Pedalaman Papua
Data yang ia peroleh dari pihak Puskesmas Maikere, yang bersangkutan menderita sakit selama satu minggu lamanya.
"Informasi tentang sakitnya Mantri Patra berasal dari masyarakat dan diterima kepala Puskesmas Naikere tanggal 18 Juni 2019. Informasi ini menyebutkan yang bersangkutan sakit selama satu minggu, bukan dua minggu," jelas Bernadus.
Kabar sakitnya mantri Patra kemudian dilaporkan ke Sekretaris Dinas Kesehatan untuk mendapatkan tindak lanjut.
Pihak Dinkes dan bupati kemudian memerintah untuk melakukan penjemputan dengan helikopter.
Baca: Isi Pesan Terakhir Mantri Patra Sebelum Ajal Menjemputnya Saat Bertugas di Pedalaman Papua Barat
Baca: Mantri Patra Dianugerahi Gelar Pahlawan Kemanusiaan, Pelayat Berjubel Mengantar dengan Tangisan
Namun, rencana tersebut tak juga dilakukan lantaran helikopter yang akan menjemput mantri Patra, sudah terikat kontrak dengan pihak lain.
"Sayangnya saat itu helikopter yang biasa digunakan Pemkab Wondama tidak bisa digunakan karena sudah terikat kontrak dengan pihak lain," ucapnya.
Mengupayakan evakuasi mantri Patra, Pemkab Wondama akhirnya mendapatkan helikopter milik PT Intan Angkasa Nabire, Rabu (19/6/2019).
Melakukan pematangan, rencana penjemputan mantri Patra awalnya akan dilakukan Kamis (20/6/2019).
"Informasi meninggalnya mantri Patra diterima Suster Sofia Wamafma, bidan di Puskesmas Naikere tanggal 21 Juni 2019 pukul 12.00 WIT. Keesokan harinya helikopter mendarat dari Nabire di Wasior dan kemudian menjemput jenazah mantri Patra di Kampung Oya," ucap Bupati.
Jenazah Tak Dibawa ke Kampung Halaman
Lebih lanjut, Bernadus menjelaskan bahwa kondisi jenazah mantri Patra sudah tidak memungkinkan untuk dibawa ke kampung halaman.
Untuk itu, Pemkab Wondama melakukan komunikasi dengan keluarga agar pemakaman dilakukan di Wondama saja.
Dijelaskan olehnya, pihak Pemkab menanggung semua biaya perjalanan keluarga dari mantri Patra.
Pemakaman mantri Patra kemudian dilakukan Senin (24/6/2019) dengan pelepasan resmi sekaligus memberikan kenaikan Anumerta.
Sebelumnya, keluarga korban sangat berharap agar jenazah mantri Patra bisa dipulangkan ke kampung halaman, di Palopo, Sulawesi Selatan.
Baca: Kisah Mantri Patra Dibiarkan Wafat di Pedalaman Papua, Tak Kunjung Dijemput, Rekan Pulang Duluan
Baca: Kehabisan Makanan serta Obat, Mantri Patra Meninggal, Berjuang demi Warga Pedalaman Papua
"Keluarga besar inginnya jenazah di makamkan di Palopo karena keluarga besar semua ada di sana," jelas saudara mantri Patra, Arisandi dikutip dari TribunTimur, Senin (24/6/2019).
Meski begitu, Arisandi menjelaskan bahwa pemulangan jenazah Mantri Patra nihil, lantaran ditolak oleh pihak Bandara Manokwari.
"Dari karantina bandara yang ada di Manokwari menolak untuk dipulangkan," jelas Arisandi.
Menurut aturan pihak bandara, jenazah yang sudah meninggal dunia dalam waktu yang cukup lama, tidak bisa dibawa pulang dengan pesawat.
"Mayatnya sudah di formalin harusnya kan awet yah bisa dipulangkan. Tapi ini tetap juga tidak bisa," sambung Arisandi.
Sakit yang Diderita Mantri Patra
Dikutip dari TribunTimur.com, Mantri Patra diketahui meninggal dunia lantaran sakit malaria.
Lantaran meninggal dunia di pedalaman, keluarga Mantri Patra mengaku baru mengetahui perihal meninggalnya sang mantri, Jumat (21/6/2019).
"Kami tidak mengetahui kalau dia sedang sakit. Karena di daerah tempat dia bertugas jaringan itu sangat sulit," kata saudara Mantri Patra, Arisandi, Senin (24/6/2019).
Sebelum meninggal dunia karena malaria, Arisandi mendapatkan informasi bahwa teman Mantri Patra sempat mencarikan obat.
"Karena, kehabisan obat di desa Oya. Akhirnya temannya, pergi ke Wasior untuk ambil obat," kisah Arisandi.
Jarak tempuh Desa Oya ke Wasior, hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Tak hanya hitungan jam, diperlukan paling tidak tiga hari tiga malam untuk keluar dari Desa Oya menuju ke Wasior.
Lantaran kondisi dan juga jarak tempuh yang cukup lama untuk mencari obat, Mantri Patra diketahui sudah meninggal dunia sebelum menerima pengobatan.
"Temannya belum tiba di Wasior, Patra sudah meninggal," tutur Arisandi.
Baca: Kisah Mantri PNS yang Meninggal Dunia Saat Mengabdi di Pedalaman Papua
Baca: Kisah Mantri Patra yang Meninggal Kehabisan Makanan dan Obat Saat Mengabdi di Pedalaman Papua
(TribunWow.com/Nila Irdayatun Naziha)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Fakta Lain Kabar Meninggalnya Mantri Patra di Papua Diungkap Bupati, Ini Kronologi Sebenarnya.