Diketahui, Mega Putri Umboh, yang juga mantan model dan dibesarkan di Lampung, bersama putrinya, Keisha, sempat menghilang dari rumahnya, Jumat, 24 Juni 2011.
Mega ditemukan tewas di Kavling Bungur Batam, Minggu, 26 Juni 2011 pukul 08.00 WIB, dengan lima luka tusukan pada bagian tubuh dan luka leher bekas digorok.
Kemudian jenazah putri diberangkatkan ke Lampung di kompleks Polri Hajimena, Blok B2 Nomor 6, Natar, Lampung Selatan, Senin, 27 Juni 2011.
Ia dikebumikan pada Selasa, 28 Juni 2011 di Gedong Tataan.
Anak Juga Dibawa
Menurut warga, sekitar 20 orang yang bertamu ke rumah produksi roti milik Mindo.
Para tamu dari kejaksaan ini pun hanya mampir sebentar. Namun, kedatangan mereka menyita perhatian tetangga.
Lantaran terjadi keributan antara penghuni rumah dan tamunya.
Terlebih suara teriakan histeris sang anak, Kaisya (10), kepada sang ayah saat ditangkap tim Kejagung RI membuat hati tetangga sekitar terenyuh.
"Iya, malam itu anaknya teriak 'Papa, papa, papa.' Saya cuma bisa liat dari pagar depan rumah. Ya Allah, hati saya kasihan, pengen nangis," ungkap ibu dari Ketua Lingkungan II Kelurahan Jagabaya II Kecamatan Way Halim Syamsudin, Kamis, 27 Juni 2019.
Wanita yang akrab dipanggil Nenek ini menuturkan, penangkapan terjadi sekitar pukul 21.30 WIB.
"Malam itu, dia (Mindo Tampubolon) sama anaknya baru pulang cari makan," ujarnya.
Mindo bersama anaknya membawa mobil dari arah Jalan Urip Sumoharjo dan langsung masuk ke halaman rumah yang juga tempat usahanya.
"Jadi dia baru pulang makan diikutin sama tiga mobil. Terus belok masuk rumah. Belum buka gembok rumah, orang yang ada di mobil keluar dan nyergap dia. Ada lah sekitar 20 orang," ucapnya.
Saat ditangkap itulah, kata Nenek, sang anak berteriak histeris.
Ia tak ingin melepaskan tangan sang ayah yang ditangkap tim Kejaksaan Agung.
"Saya cuma liat dari pagar. (Anak Mindo) Jerit sejadi-jadinya. Kayaknya Kaisya anaknya juga dibawa semobil-mobilnya ke arah Karang. Soalnya dari setelah kejadian gak ngeliat anaknya. Rumah juga terkunci," tandas Nenek.
Sementara itu, Ketua Lingkungan II Kelurahan Jagabaya II Kecamatan Way Halim Syamsudin mengaku tidak mengetahui persis kejadian tersebut.
"Kebetulan lagi gak enak badan. Jadi saya pas lagi tidur. Nah, pas ramai-ramai itu (teriakan anak Mindo Tampubolon) saya dibangunin. Begitu keluar, empat mobil lewat ke arah Karang," kata dia.
Meski demikian, Syamsudin mengakui jika pada siang hari sebelum penangkapan ia kedatangan tamu dari Kejaksaan Agung.
"Dua orang dari Kejaksaan Agung Jakarta lapor ke saya. 'Pak, saya nanti malam nangkep Pak Tampubolon. Bisa gak saya nyanggong di sini?'" ucap Syamsudin menirukan perkataan tim Kejaksaan Agung.
"Saya bilang gak papa. Asal gak ganggu kesibukan saya. Malamnya saya tunggu kok gak datang. Kemudian saya tidur, karena abis minum obat," imbuhnya.
Tak disangka, sekitar pukul 21.30 WIB, Syamsudin dibangunkan oleh cucunya.
Ia diberi tahu bahwa Tampubolon ditangkap.
"Baru keluar, empat mobil lewat. Anaknya dibawa. Pengen nangis saya denger cucung cerita. Kasihan anaknya masih kecil," bebernya.
Syamsudin mengatakan, Tampubolon sudah hampir satu tahun lebih tinggal di lingkungannya.
Menurutnya, Tampubolon cukup ramah dengan warga sekitar.
"Kalau lewat ya nyapa. Memang pertama kali pindah ke sini, yang datang anak buahnya. Ngomong kalau mau buka toko roti di depan sini," katanya.
Namun, Syamsudin mengaku tidak tahu persis kehidupan Tampubolon.
"Kalau kehidupannya, saya gak begitu tahu. Kalau tinggal berdua sama anaknya. Kalau siang, anak buahnya datang, memproduksi roti," tandasnya.
Rasa empati terhadap anak Mindo Tampubolon juga diungkapkan Rahmad Senopati, tetangga sebelah tembok toko roti Rose Bread.
"Rabu (Selasa) malam. Ya dua hari yang lalu. Kasihan saya sama anaknya. Baru naik kelas lima (SD). Umur 10 tahun. Cewek," ungkap Rahmad.
Rahmad menjelaskan, pasca penangkapan oleh tim Kejagung, tidak ada aktivitas di rumah dan toko roti Rose Bread.
"Sejak kejadian itu, rumah kosong," katanya.
Rahmad menuturkan, Mindo Tampubolon baru satu tahun menjadi tetangganya.
"Baru setahun pindah langsung buka usaha tempat pembuatan sekaligus penjualan (roti)," bebernya.
Rahmad mengenal Mindo Tampubolon sebagai sosok yang baik hati.
"Orangnya baik. Bersosialisasi, datang ke sini jualan roti. Dia juga ngampas sampai ke Baturaja," ucapnya.
Rahmad menuturkan, Mindo Tampubolon tinggal bersama anak perempuannya.
"Bagus orangnya. Sosialisasi, tegur sapa. Kalau masalah itu, kami tahunya dia pensiunan polisi. Malahan dia mau nyewa halaman saya untuk parkir mobilnya," katanya.
"Kan di toko itu gak ada parkir. Buat mobilnya yang Fortuner. Kalau ngampas pakai Grandmax," imbuhnya.
Rahmad membenarkan suasana penangkapan sangat gaduh.
Namun, ia tidak berani untuk keluar rumah.
"Kami gak berani keluar. Cuma ngintip. Kami gak tahu kalau dia (DPO Kejari Batam). Ya kaget aja dan gak nyangka, karena orangnya bagus," tandasnya.
(Tribunlampung.co.id)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Nasib Malang Anak Asal Lampung: Dulu Ibunya Dibunuh di Hadapannya, Kini Lihat Sang Ayah Dipenjara, https://lampung.tribunnews.com/2019/06/27/nasib-malang-anak-asal-lampung-dulu-ibunya-dibunuh-di-hadapannya-kini-lihat-sang-ayah-dipenjara?page=all.