TRIBUNNEWS.COM. SRAGEN - Warga Dusun Alas Kobong, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah menggelar acara sedekah bumi, Sabtu (13/7/2019).
Sedekah bumi diisi dengan rangkaian acara berupa Kirab Gunungan Hasil Bumi dan Pagelaran Wayang Kulit pada Sabtu malam.
Pemangku Lingkungan di wilayah kebayanan IV Alas Kobong, Kukuh Cahyono mengatakan sedekah bumi merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat dari Tuhan YME.
"Sedekah bumi atau biasa disebut sedekah desa adalah ritual tradisional masyarakat Jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun sejak dari para tetua dahulu."
"Ritual sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa yang mayoritas berprofesi sebagai petani sebagai sumber hidupnya dan keluarganya dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi," kata Kukuh dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Senin (15/7/2019).
Kukuh melanjutkan, dalam sedekah bumi kali ini, pihaknya sengaja mengemasnya dalam acara berbeda yakni dengan menggelar kirab gunungan hasil bumi.
Baca: Balita Ditemukan Selamat Setelah Berjuang Sendirian di Area Pegunungan Selama 3 Hari
Sebelum-sebelumnya, sedekah bumi dilakukan dengan cara kendurian di rumah kepala dusun.
"Di Sragen sendiri khususnya Kecamatan Sumberlawang, memang sampai hari ini belum pernah ada rangkaian acara sedekah bumi berupa kirab gunungan hasil bumi, umumnya kirab gunungan identik dengan keraton kasunanan sebagai penyelenggaranya," ujar dia.
Dengan mengangkat tema “Ngudi kamulyan dumateng alam ingkang sejatining guru, guyub rukun holobis kuntul baris”, melalui sedekah bumi, Kukuh berharap agar masyarakat bisa menjadikan alam sebagai guru dalam kehidupan sehari-harinya.
Acara ini juga diharapkan dapat mensinergikan seluruh elemen dari kalangan tua muda bisa bersatu bergotong royong membangun, dan memajukan lingkungan dan bangsa.
"Spirit gotong royonglah yang menjadi landasan kukuh agar semangat itu terpatri dalam sanubari seluruh masyarakat yang saat ini kian terkikis oleh moderenisme, apalagi saat ini memasuki era revolusi industri 4.0 maka semakin beratlah tugas kita menjaga kebudayaan kita sendiri," kata dia.
Adapun kirab gunungan diikuti oleh sekitar 600 warga.
Kirab dimulai dari dukuh Alaskobong sampai dukuh Kowang dengan medan naik turun sepanjang 2 km.(*)