TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Sebagai salah satu organisasi Islam besar di tanah air, Muhammadiyah menginisiasi pembangunan pusat kebudayaan Islam di tanah air.
Haedar Nashir Ketua Umum PPÂ Muhammadiyah menjelaskan, rencana pembangunan pusat kebudayaan Islam ini akan dilaksanakan dan dibangun di wilayah Imogiri Timur, Kabupaten Bantul dalam waktu dekat.
Pembangunan pusat kebudayaan islam ini dikatakan Haedar karena tanggung jawab Muhammadiyah sebagai organisasi islam untuk mengingatkan kembali perjuangan dan perjalanan islam di tanah air.
Sebab dikhawatirkan generasi muda akan lupa sejarah perkembangan Islam di Indonesia jika tak ada media yang tepat untuk mempelajarinya.
"Karena anak muda kalau tidak diajari sejarah maka mereka seperti kata Bung Karno (presiden pertama RI), mereka lupa sejarah. Padahal Islam punya peranan besar dalam perjuangan kemerdekaan bahkan pasca kemerdekaan yang bersinegeri dengan golongan lain," bebernya usai peletakan batu pertama pembangunan Pondok Pesantren Wirausaha di Kebonagung, Minggir, Sleman, Minggu (28/7/2019).
Menurut Haedar, selain menjadi tempat belajar sejarah islam, adanya pusat kebudayaan Islam yang akan dibangun pada 2020 ini untuk memproyeksikan kondisi islam tanah air di masa yang akan datang.
Muhammadiyah ingin Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim ini memiliki masa depan yang lebih baik, dalam konteks bangsa yang unggul.
Sebab, kata Haedar, jika bangsa ini lengah maka bukan tak mungkin Indonesia akan kalah bersaing dengan negara lain.
Pihaknya juga berharap dengan adanya pusat kebudayaan Islam ini dapat menjadi inspirasi dan warisan Islam.
Menyoal koleksi, Haedar menjelaskan, sejumlah artefak dan manuskrip Islam akan ditempatkan di pusat kebudayaan Islam tersebut.
Bangunan ini nantinya juga akan melengkapi museum Muhammadiyah yang saat ini sudah ada di Kompleks Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Dalam pusat kebudayaan islam tersebut nantinya Haedae berharap mulai mengadopsi digitalisasi sejarah.
Sehingga orang yang datang tak hanya belajar melalui artefak dan manuskrip tapi juga media digital yang ada di museum.
"Kita sudah belajar ke Kairo (Mesir) bahkan Taiwan, Pusat kebudayaan ini juga harus bisa jadi khasanah karena ada modernisasi, ada perpustakaan digital untuk tahu kebudayaan di masa lalu yang tidak hanya lewat manusrikp lama tapi juga digital," bebernya.
Rencananya tempat ini akan dibangun empat lantai yang dilengkapi dengan masjid dalam kompleks yang cukup besar.
Muhammadiyah dalam pembangunan ini juga bekerjasama dengan pemerintah pusat.
Pihaknya juga sudah menghadap dan mendapatkan restu dari Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Nyayogyakarta, Sri Sultan HB X terkait rencana ini.
"Saat ini sedang proses lahan, kalau sudah selesai, pembangunan akan dilakukan bertahap, nantinya di satu kompleks besar. Insya Allah 2021 selesai," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)