Jumadi didampingi sejumlah pengurus PWI Aceh Tenggara, Ali Imran, Huseini Amin, Ricki Hamdani menyatakan sejak berdirinya kantor PWI Aceh Tenggara tahun 1997 belum pernah terjadi terror semacam ini terhadap insan media.
Jika pun ada ketegangan antara wartawan dengan sejumlah pihak atau pemerintah, kata Jumadi tidak sampai melakukan pembakaran.
Karenanya, Jumadi menegaskan jika aksi pembakaran yang terjadi seperti tindakan di negeri barbar.
Menurut Ketua PWI, dari penjelasan Asnawi kepadanya sebelum kejadian sudah pernah ada terror terhadapnya.
Sementara terhadap kantor PWI Aceh Tenggara juga pernah ada terror berupa pelemparan mobil operasional PWI beberapa bulan lalu.
Baca: Pelaku Perusakan Rumah Menteri Susi Ditangkap, Ibunda Mengaku AS Sangat Membenci Bu Susi
Teror itu terjadi pada Ramadan lalu. Sesungguhnya, lanjut Jumadi hubungan pihak PWI dengan masyarakat sekitar terjalin baik.
Masyarakat hingga kini sering nongkrong di sekitar kantor PWI Aceh Tenggara menggunakan wifi gratis milik PWI.
Maka itu, Jumadi memastikan pelaku peneror kantor PWI Aceh Tenggara bukan masyarakat sekitar.
Jumadi juga meyakini pelaku masih berkaitan dengan dengan pembakar rumah wartawan Serambi Indonesia di Lawe Loning, Kecamatan Lawe Sigala-Gala.
"Dari zaman orde baru tidak pernah ada peneror wartawan dan kantor, maka kita minta kasus ini seger diungkap," tegas Jumadi seraya berharap jangan sampai berlarut-larut dan harus ada deadline pengungkapan.
Meski diteror, Jumadi meminta para wartawan di PWI Aceh Tenggara tidak perlu gentar atau takut.
Jumadi memastikan terror tidak membuat ciut nyali para wartawan di daerah itu. Segenap keluarga PWI se-Indonesia akan membackup masalah ini.
Intinya kata Jumadi, polisi harus segera mengungkap masalah yang menimpa insan pers di Kabupaten Aceh Tenggara itu.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kasus Pembakaran Rumah Wartawan, Ini Sederet Kasus Teror pada Aktivis dan Wartawan di Aceh Tenggara