Kebohongan istri muda terungkap, ini sebenarnya hubungan AK dengan pelaku pembunuh kasus jenazah dalam mobil terbakar ayah dan anak
TRIBUNNEWS.COM - Kebohongan istri muda terungkap, ini sebenarnya hubungan AK dengan pelaku pembunuh kasus jenazah dalam mobil terbakar ayah dan anak.
Pembunuhan terhadap Edi Chandar atau Pupung Sadili (54) dan anak kandungnya, M Adi Pradana alias Dana (24) sudah direncakanan oleh istri mudanya, AK mulai terungkap.
Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan otak pelaku pembakaran tersebut, AK sudah ditangkap.
"Alhamdulillah perkara dugaan pembunuhan ini terungkap kurang dari 24 jam dengan mengamankan otak pelakunya," ungkap Nasriadi saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (26/8/2019) malam.
Otak pembunuhan Pupung Sadili dan M Adi Pradana tak lain ada AK, istri dari Pupung dan ibu tiri Dana.
AK ditangkap di Jakarta, Senin (26/8/2019).
Selain itu satu orang diduga pelaku, KV masih dirawat di RS Pertamina Jakarta.
AKBP Nasriadi menerangkan motif pembunuhan Pupung Sadili dan M Adi Pradana adalah masalah piutang.
AK menyewa empat pembunuh bayaran untuk membunuh Edi Chandra Purnama atau Pupung Sadili dan M Adi Pradana.
"Motifnya adalah tersangka AK menyewa empat eksekutor untuk membunuh suaminya, Edi Candra, dan anak tirinya, Dana, karena masalah rumah tangga dan utang piutang," ujar Nasriad, Senin (26/8/2019).
Baca: Operasi Patuh 2019: Kenali Beda Tilang Slip Biru dan Merah, dari Cara Mengurus hingga Besaran Denda
Berikut fakta terbaru terkait pembunuhan Pupung dan Dana yang dilakukan AK.
1. Berawal dari masalah rumah tangga
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono menyebutkan AK membunuh Pupung Sadili dan Adi Pradana karena permasalahan rumah tangga.
Ia ingin menjual rumah untuk menutupi utang tersebut.
Namun, Pupung Sadili menentang keinginan AK sebab ia masih memiliki anak kandung yang harus dibesarkannya yakni Adi Pradana.
"Kemudian dia pengin menjual rumahnya tapi karena sang suami ini punya anak, itu tidak setuju," kata Argo Yuwono.
Bila, AK nekat menjual rumah tersebut maka Pupung Sadili akan membunuhnya.
Akhirnya, AK memilih untuk membunuh Pupung Sadili dan Adi Pradana.
2. Membayar Rp 500 juta untuk pembunuh bayaran
Pelaku Aulia Kesuma menyewa 4 pembunuh bayaran untuk mengeksekusi suami dan anak tirinya.
Para eksekutor tersebut dibayar Rp 500 juta atau setengah miliar.
"(Bayar) Rp 500 juta," kata AKBP Nasriadi.
Namun, AK ternyata belum membayar lunas para eksekutor, baru seperempat bayaran diberikan kepada 4 eksekutor.
Baca: Pembunuhan Pupung Sadili dan Anak Tiri Ada Kaitannya dengan Utang Miliaran? Ini Kata Polisi
Baca: Ramai Disebut Ibu & Anak, Terungkap Hubungan Dalang Pembunuhan Pupung Sadili dan Pria Berinisial KV
3. AK terjerat utang 10 M
AK, sang istri muda Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) sekaligus ibu tiri M Adi Pradana alias Dana (23), ternyata punya utang miliaran.
Setiap bulan, AK harus membayar cicilan Rp 200 juta.
Kapolres Sukabumi, AKBP Nasriadi mengatakan, nilai utang AK mencapai Rp 10 miliar.
"Utangnya di 2 bank. Yang pertama, sebesar Rp 7 miliar ( di Bank Danamon ). Kemudian yang kedua Rp 2,5 miliar ( di BRI ) atas nama dia dan suaminya. Terakhir utang kredit mencapai Rp 500 juta, sehingga total utangnya Rp 10 miliar," kata AKBP Nasriadi, Rabu (28/8/2019).
Uang senilai Rp 10 miliar, lanjut AKBP Nasriadi mengatakan, digunakan Aulia Kesuma untuk membuka usaha.
Namun, usaha tersebut gagal berjalan, sementara utang harus dibayar lunas.
Merasa terdesak melunasi utang Rp 10 miliar, AK meminta kepada suaminya untuk menjual aset berupa rumah di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Namun, Pupung Sadili menolak menjual rumahnya yang ditaksir senilai Rp 26 miliar.
"Terkait pembunuhan di Lebak Bulus, pada intinya awal kasus ini adalah ada suatu keluarga suami istri, yang memiliki anak masing-masing sebelumnya hidup dalam satu rumah tangga. Kemudian istri inisial AK ( Aulia Kesuma ) ini mempunyai utang, sehingga dia ingin menjual rumah mereka, tapi karena suami ini mempunyai anak, ia tidak setuju. Dia mengatakan ke istrinya, AK, kalau menjual rumah ini kamu akan saya bunuh," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono.
Menurut Kombes Argo Yuwono, hal itu diketahui berdasarkan keterangan sementara yang diberikan AK kepada penyidik.
AK kemudian meminta bantuan suami mantan pembantunya untuk mendatangkan pembunuh bayaran dari Lampung guna menghabisi nyawa suami dan anaknya.
"Yang bersangkutan ( Aulia Kesuma ) pernah mempunyai pembantu, pembantu ini sudah tidak ada lagi di situ (di rumahnya). Dia (pembantunya) seorang perempuan dan suami pembantu ini disuruh menghubungi dua orang yang ada di Lampung," kata Kombes Argo Yuwono.
Baca: Dicekoki Miras lalu Terpanggang dalam Mobil yang Dibakar Kelvin, Anak Pupung: Bunuh Aku Secara Halus
Baca: Aulia Sang Istri Muda Jadi Otak Pembunuhan Ayah dan Anak, Begini Nasib Istri Tua Pupung Sadili
4. KV bukan anak kandung AK
Dikutip dari TribunJabar, mulanya diketahui Giovanni Kelvin adalah anak AK.
Namun, itu hanyalah kebohonngan.
Hubungannya sebenarnya antara Giovanni Kelvin dan AK adalah keponakan dan tante.
Pantas saja, sebelumnya ditemukan kejanggalan terkait hubungan mereka.
Hal ini berkenaan dengan perbedaan usia keduannya.
Keduanya diketahui terpaut usia 10 tahun.
Kejanggalan inilah yang menjadi pertanyaan soal keterangan awal yang menyebut AK dan Giovanni Kelvin adalah ibu dan anak.
"Ada yang bertanya kenapa umurnya terpaut 10 tahun. Itu bukan anaknya, tapi itu tantenya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono seperti yang diberitakan Kompas.com.
Terungkap pula Giovanni Kelvin punya peran besar dalam kasus pembunuhan berencana ini.
Ia adalah orang yang menyiram bensin dan membakar mobil yang di dalamnya ada jasad Pupung Sadili juga Dana.
Akibat perbuatannya, ia pun mengalami luka bakar.
Giovanni Kelvin bahkan dirawat di rumah sakit akibat luka bakar itu.
Baca: Munculnya Istri Pertama Pupung dan Terungkapnya Skenario Aulia Kesuma Bunuh Suami dan Anak Tiri
Baca: Tak Cuma Istri Muda dan 4 Pembunuh Bayaran, Polisi Ungkap Peran ART pada Kasus Kematian Pupung
5. Pupung bukan orang sembarangan
Dikutip dari Wartakotalive.com, Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) ternyata diketahui merupakan relawan pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin saat Pilpres 2019.
Hal itu dikemukakan oleh Ina (49) teman Pupung semasa menjadi relawan.
Ina menilai korban merupakan sosok yang bertanggung jawab sebagai relawan.
Meski baru satu tahun mengenal Pupung, Ina mengaku kehilangan sosok pria yang nyaris seluruh bagian tubuhnya jadi arang saat ditemukan dibakar dalam mobil.
"Dia (Pupung) baik, care sama teman. Orangnya juga senang bercanda, termasuk orang yang bisa menghidupkan suasana. Jadi kalau enggak ada sepi lah," katanya.
Tak cuma seorang pengusaha, Pupung Sadili dan M Adi Pradana rupanya memiliki peranan penting di komunitas bumi datar atau flat earth di Indonesia.
Ayah dan anak ini mendirikan komunitas bumi datar Indonesia, Flat Earth 101.
Pupung Sadili menjadi founder sedangkan M Adi Pradana menjadi co-founder.
(Tribunnews.com/Anugerah Tesa Aulia) (Tribunjabar/TribunTimur/Wartakota)