Lantaran panik, kata dia, SB lupa menggunakan rem angin.
SB kemudian memilih jalur kanan dengan asumsi kendaraan yang melintasi biasanya lebih sedikit.
Penyebab kecelakaan versi Kemenhub
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiadi, yang sudah mendapat info perihal hasil olah TKP mengungkapkan, beberapa sebab terjadinya tabrakan beruntun.
Saat ditemui di sela-sela gelaran IEMS 2019, ia berujar faktor utama penyebab kecelakaan adalah daya angkut yang melebihi kapasitas.
"Jadi karena daya muatnya, overload. Dua-duanya masih dari satu perusahaan,” katanya di Balai Kartini, Jakarta Selatan (4/9/2019) yang dikutip dari Kompas.com.
Budi juga mengaku telah berdiskusi dengan teknisi dari Hino, produsen truk yang terlibat dalam kecelakaan.
Kedua truk yang kelebihan beban itu diketahui mengalami rem blong karena kinerja sistem pengereman yang menurun karena terus-menerus digunakan.
“Kalau truk Hino itu dengan beban sebanyak itu memang dapat membuat beban kerja rem jadi lebih berat, dia jadi panas. Suatu saat rem itu akan loss jika sudah mencapai titik maksimalnya,” jelasnya.
Selain itu, Budi menambahkan jika ada juga analisa lain mengenai kesalahan truk yang telat melakukan pengereman.
Ia menjelaskan seharusnya dalam keadaan jalan menurun, truk tersebut memiliki jarak pengereman yang lebih jauh dibandingkan dengan mobil biasa.
Tragedi kecelakaan beruntun di ruas Tol Cipularang KM 91 itu mengakibatkan tiga luka berat, 25 luka ringan hingga 8 orang meninggal dunia.
Baca: Bawa Muatan Berlebih hingga Lupa Ngerem, Subana Dijadikan Tersangka Kecelakaan Tol Cipularang
Baca: 2 Sopir Dump Truck Jadi Tersangka Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Ini Alasannya
Kesaksian korban selamat
Suherman (53) masih terngiang kecelakaan beruntun di Tol Purbaleunyi kilometer 91 yang menimpanya.