Curhatan orang tua siswa SMK di Bantul yang hilang sejak 9 tahun: heran, ada syarat anak diwajibkan punya KTP padahal belum umur 17.
TRIBUNNEWS.COM- Sembilan tahun silam, sekitar 20-an siswa di SMKN 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta, berangkat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Benoa, Bali.
Dari puluhan siswa yang berangkat, ada 3 orang siswa yang sampai sekarang tidak diketahui nasibnya.
Hal ini di karenakan kapal yang ditumpanginya hilang.
Baca: Kronologi 3 Siswa SMK Bantul Hilang 9 Tahun saat Magang, Dijual Calo Kapal, Nasibnya Kini Tak Jelas
Ketiga anak itu adalah Agiel Ramadhan Putra, Ignatius Leyola Andrinta Denny Murdani, dan Ginanjar Nugraha Atmaji.
Berbagai upaya telah dilakukan orangtua mereka untuk mencari keberadaan anak-anaknya.
Tak terkecuali Riswanto Hadiyasa, orang tua Agiel Ramadhan Putra.
Riswanto mengetahui, Agiel dan ketiga temannya ditawarkan oleh calo untuk bekerja di sebuah perusahaan kapal.
Anak-anak yang berangkat magang ke Bali juga dijanjikan mendapatkan uang Rp 4 juta sampai Rp 8 juta.
Namun pihak sekolah juga meminta uang Rp 2.250.000 untuk keperluan biaya keberangakatan siswa ke Bali.
Riswanto juga bercerita, anaknya, yang kala itu masih berusia 16 tahun diwajibkan untuk mengurus KTP sebelum berangkat pada 31 Desember 2009.
Karena sudah percaya kepada pihak sekolah, Riswan dan orangtua lainnya merelakan anak-anaknya PKL di Tanjung Benoa, Bali.
Baca: Mahasiswa UIN Raden Fatah Meninggal saat Diksar Menwa, Begini Penjelasan Pihak Kampus
Baca: Kronologi Guru SD di Gowa Dikeroyok Orang Tua Murid saat Mengajar, Perkelahian 2 Siswa Jadi Pemicu
Betapa terpukulnya Riswanto saat mendapatkan kabar Agiel Ramadhan Putra hilang pada 2010, setelah beberapa bulan mengikuti PKL.
Pada 2 Maret 2010, Riswanto menerima surat, kapal KM Jimmy Wijaya tempat Agil bekerja mengalami hilang kontak per 6 Februari 2010 pukul 04.00 WIT.