Menurut Slamet, kepala sekolah sebelumnya yaitu Akhmad Fuadi, sudah pindah ke SMK N 1 Pandak.
Upaya pencarian, sepengetahuan dirinya juga dilakukan mulai dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga Bakamla.
Namun memang para siswa SMK itu belum bisa ditemukan.
Kasus itu pun menjadi bahan evaluasi dan jangan sampai terulang.
Slamet mengaku tidak berkomunikasi lagi dengan keluarga korban.
Karena setelah menjabat kepala sekolah, urusan tersebut telah terselesaikan.
"Prosesnya sudah selesai, walaupun secara kemanusiaan terus memantau, hilang itu bisa ketemu."
"Sampai saat ini belum ketemu," ucapnya.
Disinggung apakah masih berkomunikasi dengan perusahaan di Benoa, Bali, Slamet mengaku tidak ada sejak dirinya menjabat.
Saat ini, anak-anak SMK N 1 Sanden melakukan PKL di Juwana, Jawa Tengah.
Pihaknya bekerja sama dengan sebuah perusahaan kapal ikan.
Sekarang itu, anak didiknya sebelum magang ke kapal ikan sudah dibekali standar keamanan internasional.
Setelah lulus baru bisa mengikuti praktik laut.
"Itu saya tidak paham (soal calo). Belajar dari itu saya berhati-hati MoU dengan perusahaan yang kapalnya jelas."
"Setiap anak mau berangkat, kapalnya apa, perusahaannya apa, jelas tidak boleh pindah-pindah."
"Perusahaan kapal kita yang utama satu tapi satu itu punya banyak kapal."
"Dia kebetulan lulusan STP, pelaut juga, ia punya 16 kapal PT Putra Riau (namanya)," ucap Slamet.
Baca: Mahasiswa UIN Raden Fatah Meninggal saat Diksar Menwa, Begini Penjelasan Pihak Kampus
Baca: Curhat Pilu Ibu Siswa SMK Hilang saat Magang 9 Tahun Lalu, Kenang Telepon Terakhir Anak Minta Pulsa
Baca: Kisah 3 Siswa SMK Hilang 9 Tahun saat Magang: Dijual Calo Hingga Sempat Hubungi Presiden
(Tribunnews.com/Bunga) (Kompas.com/Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono)