Setelah mendapatkan penangnan dari Wabup Made Kasta yang juga penekun spiritual dan tokoh masyarakat setempat, beberapa siswi yang mengalami kesurupan dapat ditenangkan sementara.
Namun ada seorang siswi yang terus memeberontak, dan histeris sampai waktu menunjukan pukul 11.30 Wita.
" Rasanya tubuh itu berat, lalu tidak sadar apa yang terjadi," ujar Nengah Devi Ariani (14), seorang siswi kelas VII yang saat itu sempat mengalami kesurupan.
Nengah Sukadana, guru setempat yang juga memimpin ritual matur piuning dan guru piduka menjelaskan, kejadian ini mulai terjadi sejak 30 September lalu.
Ketika itu tiba-tiba ada seorang siswi yang kesuruoan, saat mengikuti belajar mengajar. Setelah hari itu, silih berganti kegiatan belajar mengajar di SMP N 4 Banjarangkan diwarnai dengan kejadian kesurupan masal. Hampir setiap hari, ada saja siswi yang mengalami kesurupan.
" Kadang dalam sehari itu ada, kadang juga tidak. Dari awalnya satu, jumlah siswa yang kesurupan semakin banyak dan merembet ke siswi lainnya," terang Nengah Sukadana yang menjadi guru Bahasa Indonesia di SMP N 4 Banjarangkan.
Kejadian yang paling banyak siswi mengalami kesurupan, Senin (21/10). Ketika sedang upacara bendera, tiba-tiba beberapa siswi tumbang dan histeris. Jumlahnya mencapai 10 siswi.
Kejadiannya pun relatif lama dari pukul 07.00 Wita, hingga 14.00 Wita. Bahkan, sampai beberapa anak yang kerauhan itu, belum diizinkan untuk bersekolah sementara waktu untuk menghindari kejadian ini terulang kembali.
Kejadian yang diluar nalar ini, membuat pihak sekolah berkoordinasi dengan pihak desa Timuhun, termasuk ke para tokoh dan meminta petunjuk ke penekun spiritual di desa setempat.
Selain itu, kejadian yang berturut-turut ini, membuat pihak sekolah juga melaporkannya ke Wabup Made Kasta yang juga dikenal sebagai penekun spiritual.
Wabup Made Kasta pun, menanggapi serius kejadian ini dan langsung menyambangi SMP N 4 Banjarangkan, bersama Anggota DPRD asal Timuhun Wayan Buda Parwata, dan dari Dinas Pendidikan Klungkung.
Sementara kepala sekolah SMP N 4 Banjarangkan I Ngenteg mengatakan, pihaknya tidak mengerti secara pasti prihal fenomena yang terjadi di sekolahnya. Namun pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak desa adat Timuhun, dan Pemerintah.
" Beberapa kali juga kami minta petunjuk ke penekun spiritual, terkait kejadian ini. Semoga dengan meminta pertimbangan ke berbagai pihak, kejadian seperti ini tidak terulang kembali," jelasnya. (Mit)
Buat Dua Pelinggih di Belakang Sekolah