Sementara suaminya, Rendi, pergi ke rumah orang tuanya di Dusun Tempuran, Desa Kawangrejo sekitar pukul 06.00 Wib.
Selain ke rumah orang tuanya, Rendi akan membeli obat untuk istrinya.
Saat berada di perjalanan, Rendi menelepon istrinya untuk menayakan jenis obat yang dibeli, tetapi tidak diangkat.
Akhirnya Rendi mengirim pesan kepada bibi dan adiknya untuk menengok rumahnya.
"Mau tanya obat apa yang mau dibeli. Akhirnya si suami minta tolong bibi dan adiknya untuk melihat istrinya. Dari situlah, saksi menemukan korban di kamarnya dengan pisau menancap di perut," lanjut Heri.
Adik Rendi, Renda, dan sang bibi, Sri Hartati, menemukan Fani tidur.
Mereka mengira Fani tertidur dengan sebuah boneka di atas perutnya.
Namun, setelah dibangunkan dan boneka diambil, barulah keduanya mengetahui jika ada pisau menancap di perut korban.
Seketika itu keduanya meminta bantuan. Namun, Fani diketahui sudah meninggal dunia.
"Saat ditemukan darah masih segar, namun banyak teresap di kasur busa. Pisau menancap di perut sisi kiri korban sampai menembus kasur," lanjut Heri.
Pisau itu bukanlah pisau dapur. Polisi, kata Heri, masih mencari tahu pisau itu milik siapa dan apakah memang ada di rumah itu.
"Suami masih syok jadi belum bisa kami mintai keterangannya. Saksi baru dua orang yang kami periksa. Pasutri ini baru menikah sembilan bulan," lanjut Heri. (Sri Wahyunik)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul DRAMA Suami di Jember Tusuk Perut Istri Pakai Pisau, Pura-pura Beli Obat lalu Minta Bibi Lihat Fani,