News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Detik-detik Bahar Bunuh dan Mengecor Jenazah Sang Ayah Surono, Pelaku Ternyata Pernah Dipenjara

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bahar Mario (25), tersangka pembunuh ayah kandungnya, Surono yang jasadnya dicor di musala rumahnya terungkap.

TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Kekejaman Bahar Mario (25), tersangka pembunuh ayah kandungnya, Surono yang jasadnya dicor di musala rumahnya terungkap.

Jauh sebelum pembunuhan keji ini terungkap, Bahar Mario pernah melakukan kejahatan yang membuatnya harus dipenjara.

Bahar Mario juga membuat siasat licik untuk mengaburkan kejahatan yang dilakukannya.

Berikut daftar kekejaman Bahar Mario yang dirangkum surya.co.id.

Baca: Istri dan Anak Jadi Tersangka Kasus Mayat Pembunuhan Dicor di Musala, Susun Rencana hingga Eksekusi

1. Pulang ke Rumah Cuma untuk Membunuh Ayahnya

Bahar Mario diketahui sudah berkeluarga tapi masih tinggal di rumah orang tuanya, di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember.

Suatu malam di bulan Maret 2019, Bahar pulang ke rumahnya sekitar pukul 23.00 WIB setelah bekerja di Bali.

Kepulangannya itu untuk membunuh sang ayah.

Niatan jahat Bahar ini dipicu sakit hati kepada Surono yang hanya memberinya uang sedikit dari hasil penjualan kopi serta tudingan sang ayah berselingkuh dengan wanita lain.

Busani menyambut kepulangan anak keduanya itu. Tak lama setelah di rumah, Bahar mendatangi Surono yang sedang tidur di kamar depan rumah bagian barat.

Ketika Bahar datang, Busani tidur di kamar rumah sisi timur, sedangkan Surono ada di sisi barat.

Baca: Tersangka Pembunuhan Surono yang Mayatnya Dicor di Bawah Musala Terancam Penjara Seumur Hidup

Saat Surono tidur itulah, Bahar memukulnya memakai linggis.

Wajah bagian kiri Surono mengalami luka parah, dan terjadi pendarahan hebat.

Busani membantu sang anak, dengan mematikan lampu di depan rumah yang berada di dekat kamar Surono.

"Korban S juga memiliki riwayat sakit pernafasan. Luka berat ditambah riwayat penyakitnya itulah yang diduga menjadi penyebab kematian dia," ujar Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal saat rilis di Mapolres Jember, Kamis (7/11/2019).

Surono tewas akibat pukulan linggis itu. Bahar bersama Busani kemudian menggotong mayat Surono ke belakang rumah itu.

Bahar menggotong bagian atas, sedangkan Busani memegangi kakinya.

Saat menggotong itu, Busani melepaskan gotongannya karena diduga tidak kuat. Akhirnya Bahar menyeret tubuh sang ayah ke bagian belakang rumahnya.

Ketika peristiwa itu terjadi, bagian belakang rumah belum menjadi dapur permanen seperti saat kasus itu terendus pada Minggu (3/11/2019).

Baca: Kumpulan Pembunuhan Sadis Oleh Anggota Keluarga, dari Racun Sianida hingga Dikubur di Musala

Di belakang rumah hanya ada bangunan semi permanen, dan lahan kosong.

Bahar menggali tanah di bangunan semi permanen itu. Dia pun memasukkan tubuh ayahnya ke liang itu.

Karena liangnya tidak begitu panjang, kaki Surono tertekuk dengan kepala ada di sisi barat.

Bahar (kanan kapolres) dan Busani (kiri kapolres) tersangka pembunuhan Surono saat rilis di Mapolres Jember (Sri Wahyunik/Surya)

Dia menempatkan linggis di bawah jasad ayahnya. Surono terkubur bersama baju dan sarungnya.

Setelah itu, Bahar menimbun tubuh ayahnya memakai semen yang telah dicampur air hingga lubang itu tertutup.

2. Bawa Lari Harta Surono

Setelah pembunuhan tengah malam itu, Bahar mengambil tas milik Surono.

Baca: Jenazah Pria yang Dicor di Bawah Lantai Mushola Ternyata Dibunuh Oleh Anaknya Sendiri!

Di tas itu, tersimpan uang tunai sebanyak Rp 6 juta. Uang itu diambil oleh Bahar.

Setelahnya, dia membonceng ibunya memakai sepeda motor CBR ke rumah neneknya.

CBR milik Surono ini belakangan dijual oleh Bahar seharga Rp 19 juta.

Setelah membunuh ayahnya, Bahar menitipkan ibunya ke rumah sang nenek, Misnatun, yang tidak jauh dari rumah Surono.

Kemudian, dia pulang ke rumah istrinya yang masih berada di Desa Sumbersalak.

Bahar masih menginap semalam di rumah istrinya. Keesokan harinya, dia kembali ke Bali.

3. Cor Lubang Pembuangan Surono

Selang beberapa hari, Busani mengabari Bahar kalau lubang yang dibuatnya merenggang.

Bahar kemudian meminta sang ibu kembali menguruk lubang penguburan Surono memakai semen dicampur air.

Baca: Cerita Lengkap Pembunuhan Surono yang Jenazahnya Dicor, Anak dan Istri Jadi Tersangaka

Beberapa hari kemudian, Bahar pulang. Dia pun kembali menutup lubang itu. Dia menguruknya memakai tanah, kemudian menutupnya memakai keramik.

Pemasangan keramik dilakukan sekaligus memperbaiki dapur itu. Dapur dibangun menjadi bangunan permanen.

Rumah Surono di Dusun Juroju Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokmbo masih kosong paska penggalian musala di dapur rumah tersebut, Senin (4/11/2019). (Sri Wahyunik/Surya)

Lubang penguburan Surono diubah menjadi musala atau tempat salat berkeramik hitam.

Dapur dibuat bergaya modern. Dapur itu juga bisa menampung sepeda motor.

Tidak ada yang curiga dengan peristiwa itu. Hingga akhirnya, kasus itu terungkap pada Minggu (3/11/2019).

Baca: BREAKING NEWS: Jasad Surono Dikubur di Musala Rumah, Anak dan Istrinya Jadi Tersangka

4. Tuduh Suami Ibunya Pembunuh

Pembunuhan Surono terungkap setelah Bahar membuat siasat licik untuk menjatuhkan ibu dan ayah tirinya.

Dua bulan setelah Surono meninggal, sang istri Busani menikah lagi dengan pacarnya, bernama Jumarin.

Selama proses menikah siri dengan Jumarin, Busani menikmati hasil penjualan kopi milik Surono.

Seperti diketahui, Surono merupakan petani kopi yang memiliki penghasilan cukup banyak.

Setahun sekali dari hasil panen kopi, dia bisa mendapatkan hasil penjualan antara Rp 90 hingga Rp 100 juta.

Penggalian kubur jasad pria Jember di bawah musala. Jenazah ditemukan dalam keadaan terbungkus sarung (ISTIMEWA)

Belum lagi, pendapatan dari komoditas pertanian lain yang ditanamnya.

Pada Agustus 2019, Busani mendapatkan hasil penjualan kopi sekitar Rp 100 juta.

Hanya saja, rupanya Bahar tidak 'kecipratan' hasil penjualan kopi itu. Bahar menduga, jika hasil penjualan kopi itu dinikmati Busani dan suami sirinya.

Baca: Kasus Mayat Dicor di Bawah Musala: Kejiwaan BS Diperiksa hingga Tetangga Takut Masuk Rumah Surono

Akhirnya pada awal November lalu, dia pulang dari Bali.

Bahar akhirnya mengarang cerita kepada Kepala Dusun Juroju Misri bahwa ayahnya sudah meninggal dunia.

Bahar mengaku mendapatkan cerita dari sang ibu, kalau pembunuh ayahnya adalah Jm.

Kepada Misri, Bahar mengaku bermimpi ditemui sang ayah. Dia pun menelepon ibunya untuk bertanya tentang keberadaan ayahnya.

Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal saat menginterogasi Bh (anak Surono). (surya.co.id/sri wahyunik)

Bahar juga bercerita kepada Misri, setelah dia bertanya kepada ibunya, ternyata ayahnya telah mati.

"Kata Bahar waktu cerita ke saya, ayahnya katanya dibunuh oleh lek-nya. Lek-nya itu mengacu kepada suami siri Busani. Waktu cerita ke saya, saya kan nggak ngerti apakah itu benar atau tidak. Kalau tidak benar, kan berarti dia mengarang cerita. Namun tentang tidak adanya Pak Wid (panggilan akrab Surono, red), memang saya ketahui sudah agak lama. Dia lama tidak terlihat," ujar Misri kepada Surya.

Setelah mendengar cerita Bahar itulah, akhirnya Misri dan Bahar mendatangi Polsek Ledokombo dan melaporkan peristiwa itu.

Baca: Kasus Mayat Dicor di Bawah Musala: Kejiwaan BS Diperiksa hingga Tetangga Takut Masuk Rumah Surono

Dari sinilah, akhirnya misteri hilangnya Surono terkuak. Surono tidak hilang, namun meninggal dunia. Jasadnya terkubur di rumahnya sendiri.

Tidak disangka pula, pelaku pembunuhan ternyata Bahar, anak keduanya. Sang istri, Busani juga terlibat dalam peristiwa itu.

Penemuan jenazah ayah dicor di lantai musala rumah, hilang 7 bulan dan istri tuduh anak sebagai pembunuh (Surya)

5. Dipenjara saat Remaja

Sebelum membunuh Surono, Bahar ternyata pernah dipenjara.

Hal ini berdasarkan catatan kepolisian yang disampaikan kepada wartawan oleh Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal saat rilis di Mapolres Jember, Kamis (7/11/2019).

Pemuda asal Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo itu pernah ditahan selama 2 tahun 8 bulan di Lapas Jember tahun 2009. Dia menganiaya seorang Bu Nyai di sebuah pondok pesantren.

"Tersangka Bhr ini seorang residivis. Pernah ditahan. Dia menganiaya Bu Nyai-nya," ujar Alfian.

Jika mengacu kepada umur, maka ketika itu usia Bahar masih belasan tahun.

Baca: Kasus Jasad di Musala, Istri & Anak Surono Jadi Tersangka, Kejahatan Dimulai Saat Lampu Dimatikan

Dari informasi yang dihimpun Surya, Bahar dikenal sebagai anak nakal saat remajanya. Karena itu orang tuanya mengirim dia ke sebuah pondok pesantren.

Ternyata saat mondok itu, dia malah menganiaya seorang bu nyai. Dia membacok bu nyai itu.

Alfian tidak menyebut nama si Ibu Nyai juga pondok pesantrennya.

Tetapi polisi memiliki catatan perbuatan Bahar tersebut. Dia divonis 2 tahun 8 bulan oleh PN Jember.

Bahar kini juga ditahan polisi. Bahkan kini dia terancam pidana hukuman mati, atau penjara seumur hidup, atau paling lama 20 tahun karena polisi menerapkan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Bahar disebut membunuh ayahnya Suroni pada akhir Maret 2019. Ibunya, Busani (45) mengetahui dan mengamini perbuatan Bahar.

Setelah membunuh, Bahar mengubur jasad sang ayah di belakang rumahnya. Tempat penguburan Surono kemudian disulap jadi musala. Kasus itu terkuak pada Minggu (3/11/2019).

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul 5 Kekejaman Bahar, Anak Pembunuh Bapak yang Jasadnya Dicor di Musala, Pernah Dipenjara saat Remaja

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini