Dapur rumahnya yang awalnya berdinding gedhek dan berlantai tanah, sudah dibangun menjadi dapur permanen yang berkeramik.
Dapur itu dibangun oleh sang ibu.
Di dapur itu pula, sebuah tempat shalat berada.
Di tempat shalat itulah, Fatim menunaikan ibadah shalat.
Fatim yang sempat resah beberapa kali, tidak bisa berbuat banyak karena cerita ayahnya sudah menikah lagi dan tinggal di luar pulau.
Seperti diberitakan, Surono diduga tewas di tangan anaknya sendiri, Bahar Mario.
Pembunuhan itu diketahui dan diamini oleh ibunya, Busani.
Jasad Surono kemudian dikubur dan dicor di dapur rumah itu.
Lokasi penguburan jasad Surono belakangan dijadikan tempat shalat.
Kasus itu terkuak pada Minggu (3/11/2019).
Cerita istri Bahar beda dengan ibu mertua
Ada cerita beda antara istri Bahar Mario dengan ibu mertuanya, Busani (45) dalam kasus anak bunuh bapak di Jember.
Diduga ada modus lain yang ingin dicapai Busani ketika menghilangkan sosok Sugiono alias Surono alias Pak Wid (51) dalam kehidupannya.
Cerita beda bukan hanya dari istri Bahar saja, kepala dusun yang juga tetangganya mengatakan, Surono orang baik dan tidak selingkuh.
Saat berhadapan dengan wartawan seusai rilis di Mapolres Jember pada Kamis (7/11/2019), Busani menuturkan sejumlah pengakuan.
Di antaranya, cerita terkait sang suami, Surono yang meninggal dunia karena dibunuh oleh anaknya, Bahar Mario (25).
Seperti diberitakan, jasad Surono kemudian dicor di dapur rumah tersebut.
Sebelumnya, Busani bercerita perihal ketidaksukaan Surono kepada istri Bahar, Hosaimah.
Ketidaksukaan itu diceritakan Busani kepada anak lelakinya, Bahar.
Busani bercerita, karena sebuah hal, Surono tidak suka kepada istri Bahar.
Namun cerita ini berkebalikan dengan penuturan Hosaimah.
Kepada SURYA.co.id, Hosaimah mengatakan kalau bapak mertuanya merupakan sosok mertua yang baik.
"Bapak baik sama saya. Bahkan saat anak saya baru lahir, sering nengok ke sini. Kalau kangen cucunya, ya datang ke sini," ujar Hosaimah, Sabtu (7/11/2019).
Hosaimah yang telah tiga tahun menjadi istri Bahar, tinggal di rumah orang tuanya sendiri.
Sebab sehari-hari Bahar tinggal dan bekerja di Bali.
Sebulan sekali, atau setiap tiga pekan sekali, Bahar menengoknya.
Biasanya, dia ada di rumah selama sepekan.
Karena itu, Hosaimah memilih tinggal bersama orang tuanya sendiri.
Rumahnya berjarak sekitar 200 meter rumah mertuanya.
Perempuan itu juga kerap menjenguk bapak mertuanya.
"Tidak benar, kalau bapak tidak suka sama saya. Malah yang nggak suka sama saya itu ibu (Busani).
Memang yang saya dengar di sekitar rumah sana, ibu itu bilang kalau bapak tidak suka sama saya.
Namun bapak-lah yang baik sama saya, apalagi sama cucunya (anaknya bersama Bahar)," imbuh Hosaimah.
Saat mengetahui bapak mertuanya tidak ada lagi di rumah itu dalam kurun waktu tujuh bulan terakhir, Hosaimah sangat jarang berkunjung ke rumah mertuanya.
Dia berkunjung saat bulan puasa dan lebaran lalu.
"Itu bapak sudah nggak ada. Katanya kan menikah lagi dan tinggal di Lombok. Itu penuturan Bahar kepada saya," lanjutnya.
Dia juga sungkan untuk sering berkunjung karena ibu mertuanya sudah menikah lagi dengan lelaki lain yakni Jm. (Sri Wahyunik)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Anak Perempuan Surono Tak Menduga, di Bawah Musala Tempatnya Shalat Ada Jasad Ayahnya, 2 Kali Mimpi