Baca: 9 Foto Jadul yang Bisa Menambah Rasa Cinta Tanah Air di Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Penjelasan dari BMKG
Kepala Seksi Data & Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko menerangkan jika fenomena itu disebut circumhorizontal arc atau lengkungan sirkumhorizontal.
"Ada yang menyebut fonomena ini pelangi api atau flare rainbow," ungkap Iis.
Iis menjelaskan jika fenomena circumhorizontal sangat jarang terjadi, seperti fenomena pelangi yang mengelilingi matahari atau halo Matahari.
"Fenomena yg cukup langka sih sebenernya," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (10/11/2019).
Iis melanjutkan fenomena tersebut bermula dari awan konvektif jenis Cumulus yang mengandung uap air.
Sedangkan pelangi terbentuk lantaran fenomena optis berupa pembiasan sinar matahari dari uap air yang berada di sekitar awan tersebut.
"Terbentuk karena pembiasan kristal es di awan-awan yang tinggi,"
"Karena biasanya awan konvektif bisa menjulang tinggi sekali," jelas Iis.
Baca: 5 Daftar Universitas Terbaik di Dunia untuk Belajar Ilmu Hukum, dari Stanford hingga Chicago
Flare rainbow
Dirangkum dari laman wikipedia.org circumhorizontal merupakan fenomena optik yang dimiliki oleh keluarga es lingkaran cahaya yang dibentuk oleh pembiasan sinar matahari atau cahaya bulan di piring berbentuk kristal es tergantung di atmosfer, biasanya dalam cirrus atau cirrostratus awan.
Dalam bentuk penuhnya, busur memiliki penampilan pita berwarna spektrum besar yang cerah (merah menjadi warna paling atas) yang berjalan sejajar dengan cakrawala, yang terletak jauh di bawah Matahari atau Bulan.