TRIBUNNEWS.COM, KABANJAHE - Warga di Provinsi Sumatera Utara tengah diresahkan dengan adanya fenomena matinya ribuan hewan ternak babi.
Data yang diperoleh dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, jumlah ternak babi yang mati mencapai 4.862 ekor.
Sedangkan untuk di Kabupaten Karo, melalui Dinas Pertanian dan Peternakan mencatat sedikitnya 447 ekor mengalami kematian dalam dua bulan terakhir.
Akibat adanya fenomena ini, tentunya memberikan dampak bagi para penjualan olahan ternak ini.
Salah satunya adalah penjual Babi Panggang Karo (BPK).
Seperti diketahui, usaha ini dapat ditemui di hampir seluruh wilayah Kabupaten Karo.
Salah satu pengusaha BPK di seputar Kecamatan Kabanjahe bermarga Barus, mengaku hingga saat ini usahanya masih terbilang stabil.
Dia mengatakan, jika ada penurunan juga tiga terlalu terlihat.
Baca: Petani di Karo Sumut Tanam Ganja di Kebun Tomat, Awalnya untuk Obat, Lalu Tergiur untuk Menjualnya
Baca: Satgas Pramuka Peduli Bagikan Masker ke Pengguna Jalan di Sekitar Sinabung
Baca: Erupsi Gunung Sinabung, Warga Diminta Jauhi Zona Merah
Baca: 3 Kecamatan Terdampak Abu Vulkanik Gunung Sinabung, Warga Diminta Jauhi Zona Merah
"Biasa-biasa saja bang, belum ada penurunan penjualan sekarang. Kalau adapun paling sikit lah," ujar Barus, saat ditemui di Jalan Veteran, Kabanjahe, Selasa (12/11/2019).
Saat dirinya perihal fenomena banyaknya ternak babi yang mati, dia mengaku belum mengetahui kabar tentang merebaknya isu virus yang menyerang ternak ini.
Tak hanya di luar wilayah, bahkan untuk di Kabupaten Karo dirinya belum mengetahui ada ratusan ternak yang mati secara mendadak.
Untuk itu, pria berbaju merah ini mengaku dirinya belum merasa khawatir dengan penjualannya.
Sebab, untuk di wilayah Kabanjahe sebagian besar peternakannya masih dalam batas aman.
"Enggak khawatir, kan belum ada yang mati di sini. Lagian babi yang kami jual, diambil dari seputar Kabanjahe.
Biasa setiap hari kami jual satu ekor, mungkin sekitar 70 kilogram," ungkapnya.
Ketika ditanya jika peristiwa yang terjadi di Kecamatan Laubaleng menyebar ke Kabanjahe, dirinya langsung mengaku khawatir.
Dirinya merasa khawatir, apabila nanti fenomena itu menyebar ke Kabanjahe akan mempengaruhi omset penjualannya.
"Kalau ke mari ya takut juga lah bang," ucapnya.
Seorang pembeli Herison Barus, juga mengaku dirinya masih merasa nyaman mengonsumsi BPK.
Terlebih, dirinya mengatakan belum mengetahui secara jelas apakah fenomena matinya ribuan babi ini benar karena virus.
"Belum takut, karena di sini sepertinya masih normal-normal. Belum khawatir lah, apalagi belum pasti apa benar atau tidak," ucapnya.
Pria asal Kecamatan Barus Jahe itu mengaku, hingga saat ini duitnya masih rutin mengonsumsi babi dengan berbagai olahan.
Dia menyebutkan, sedikitnya tiga kali dalam satu minggu keluarganya masih rutin menyantap babi sebagai menu makan siang.
"Masih rutin lah makan ini bang, apalagi kalau minggu siang, kan lebih praktis," pungkasnya. (Muhammad Nasrul)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul:Virus Babi Kian Marak, Pengusaha BPK Mulai Merasakan Sedikit Penurunan Omset