TRIBUNNEWS.COM - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7.1 SR mengguncang Jailolo, Maluku Utara, Kamis (14/11/2019) pukul 23.17.41 WIB.
Setelah gempa tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami yang diakhiri pada pukul 01.45 WIB.
Gempa ini berlokasi 1.67 LU, 126.39 BT atau 137 kilometer barat laut Jailolo-Maluku Utara dengan kedalaman 73 km.
Gempa tersebut dirasakan hingga ke berbagai daerah di Maluku Utara dan Sulawesi Utara.
Semula, BMKG menyatakan, gempa tersebut berkekuatan M 7.4 SR.
Namun kemudian setelah beberapa saat BMKG memutakhirkan kekuatan gempa menjadi M 7.1 SR.
Ahli tsunami, Widjo Kongko membenarkan, BMKG telah mengoreksi catatan mengenai magnitude gempa di Jailolo tersebut.
"Gempa itu besar, pertama disebutkan skala M 7.4 SR, kemudian beberapa saat di-update menjadi M 7.1 SR."
"Saya kira, BMKG masih bertahan di M 7.1 SR. Kedalamannya dangkal ada yang 27 kilometer, ada yang 45 Km, BMKG masih memegang 60/70 kilometer ya," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (15/11/2019) malam.
Peneliti senior di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini menjelaskan, gempa itu termasuk dalam gempa besar atau energinya sekitar 30-40 kali hitungan HNB, setara dengan bom Hiroshima.
Dengan demikian, gempa ini menimbulkan tsunami minor atau kecil karena berada pusat gempa cukup dalam.
"Saya kira di pinggir pantai, kurang dari 1 meter, paling 50 meter dan sudah terekam oleh alat pasang surut," ujarnya.
Widjo Kongko juga menyampaikan, gempa yang terjadi bukan di daerah megathrust.
Megathrust adalah satu di antara mekanisme gerakan lempeng bumi yang menimbulkan gempa dan memicu gelombang pasang atau tsunami.