Menurutnya, pemeriksaan dilakukan satu bulan sekali ke lokasi yang dijadikan tempat transaksi prostitusi.
"Dinkes hanya bisa memeriksa, namun tidak bisa melarang."
"Jadi kalau ada yang terindikasi terkena PMS kami hanya melakukan pengobatan."
"Mereka pun tetap saja bekerja di lokalisasi," jelasnya.
Di sisi lain, Kepala Dinkes Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto, juga menanggapi adanya tempat esek-esek yang ada di Kota Batik.
Di Kota Batik terdapat dua lokasi yang acap kali digunakan untuk prostitusi.
Selain Jalan Slamet, di wilayah Pekalongan Utara tepatnya di Jalan Pantai Sari juga menjadi tempat prostitusi.
"Penyebaran PSK memang susah dipetakan dan dikendalikan, ditambah lagi adanya fenomena prostitusi online," imbuhnya.
Langkah edukasi dan preventif, ditambahkannya akan terus dilakukan oleh 14 puskesmas yang ada di Kota Pekalongan.
"Akan semakin kami gencarkan sosialisasi itu, baik melalui medsos maupun pemeriksa dengan datang langsung lokasi," tambahnya.
Data dari Dinkes Provinsi Jawa Tengah per Oktober 2019 menyebutkan, penyebaran PSK menambah penularan AIDS di Jateng.
Dimana dari 1993 hingga 2019, ada 19,206 orang yang terindikasi AIDS.
Dari total tersebut, 4,16 persen merupakan PSK dari yang tersebar di Jawa Tengah. (Budi Susanto)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Mirip Jamur di Musim Penghujan, Bisnis Prostitusi di Batang dan Pekalongan Makin Mengkhawatirkan, https://jateng.tribunnews.com/2019/11/18/mirip-jamur-di-musim-penghujan-bisnis-prostitusi-di-batang-dan-pekalongan-makin-mengkhawatirkan?page=all.