Saat ini total investasi yang masuk pada periode 2015 hingga triwulan II 2019, baik PMA dan PMDN mencapai Rp 211,19 triliun.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjelaskan total investasi tersebut terdiri dari investasi PMA sebesar Rp 110,85 triliun dengan 4.964 proyek yang menyerap 335.735 tenaga kerja, dan PMDN sebesar Rp 100,34 triliun dengan 7.121 proyek yang menyerap 221.071 tenaga kerja.
Secara garis besar, saat ini Jawa Tengah sedang menikmati bonus demografi. Bonus demografi merupakan situasi di mana ketersediaan usia produktif suatu daerah lebih tinggi kuantitasnya.
Dan saat ini jumlah usia produktif atau tenaga kerja di Jawa Tengah separuh lebih dari total penduduknya.
Plt Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Transmigrasi dan Kependudukan Jateng Susi Handayani mengatakan jumlah usia kerja di Jawa Tengah saat ini mencapai kerja 18 059 895. Dari jumlah tersebut yang sudah bekerja sebanyak 17 245 548.
"Artinya secara sumberdaya ketenagakerjaan kita masih mencukupi untuk masuknya investor baru. Karena masih tersedia tenaga kerja sekitar 814 347," kata Susi.
Selain ketersediaan tenaga kerja, kondusivitas yang tinggi selama ini jadi ciri utama keberlangsungan dunia usaha di Jawa Tengah.
Susi menjelaskan, bahkan ketika menjelang penetapan UMK, dunia kerja di Jawa Tengah tetap stabil. Selain itu, upah tenaga kerja di Jawa Tengah juga sangat kompetitif.
Sebagaimana yang telah diumumkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, upah kerja di Jawa Tengah rata-rata sebesar Rp 1,9 juta, jelas itu membuat daya tarik untuk investor, dibanding Jabar, Jatim, Banten apalagi DKI Jakarta.
"Situasi seperti ini yang terus kami jaga. Jadi relasi antara pemerintah, pengusaha dengan buruh benar-benar kami jaga," katanya.(*)