Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang meninggal akibat uji kekuatan perut saat latihan, MA (13) baru bergabung dengan kelompok pencak silat cilik itu sekitar tiga bulan.
"Baru tiga bulanan," ungkap Ketua PSHT Sragen, Jumbadi kepada TribunSolo.com, Selasa (26/11/2019).
Jumbadi menduga MA dalam kondisi yang belum siap secara mental untuk menerima tendangan dari FAS (16) saat latihan di Gemolong, Sragen, Minggu (24/11/2019) lalu.
"Mungkin siswa mentalnya masih kurang ataupun dia mempunyai penyakit atau bagaimana juga tidak tahu," ujar Jumbadi.
"Tapi namanya masih siswa, juga umurnya masih SMP, ya begitu, mungkin karena baru beberapa bulan masuk juga bisa," imbuhnya.
Baca: Tendangan Senior di Bagian Perut Membuat Pesilat Cilik Pingsan Sebelum Akhirnya Meninggal Dunia
Baca: BREAKING NEWS: Pesilat Cilik di Sragen Meregang Nyawa Saat Latihan Uji Kekuatan
Ketidaksiapan mental diduga memunculkan rasa takut di dalam diri korban saat menerima tendangan.
"Mentalnya belum begitu kuat, misalnya kalau mental belum (kuat) dibentak saja sudah minder," tutur Jumbadi.
"Ini tendangan rata-rata kalau pelajar, namanya orang sekolah disuruh siap oleh gurunya (biasanya) belum siap masih mikir rasa takut, ya, ada," tambahnya.
Jumbadi menegaskan siswa sudah terlebih dulu diberi pengarahan pelatihnya.
"Rata-rata siswa diberi aba-aba tendang, disuruh ambil nafas, disuruh pandangan ke depan," tandasnya.
Uji Kekuatan Perut
Sebelumnya, pesilat cilik berinisial MA (13) asal Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Sragen meninggal dunia saat mengikuti latihan rutin perguruan pencak silat Persatuan Setia Hati Terate (PSHT).
Kematian MA yang merupakan siswa MTS di Sragen itu diduga karena mendapatkan latihan fisik dan tendangan dari seniornya, berinisial FAS (16) asal Dusun Donoyudan, Kalijambe, Sragen.