TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) mendorong daerah untuk memperkuat kolaborasi dengan para arsitek dalam mengembangkan daerahnya.
Pelibatan arsitek diharapkan bisa membuat penataan daerah semakin baik, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
Ketua Umum Apkasi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, arsitektur punya peran penting dalam perkembangan peradaban di masyarakat.
Sebagai bagian dari produk seni-budaya, arsitektur menjadi penanda dari sebuah ruang dan waktu di masyarakat. Itulah mengapa pembangunan berbagai ruang publik dan daerah secara umum semestinya didesain melalui pendekatan arsitektur.
”Arsitek dan arsitektur harus menjadi bagian integral dalam pembangunan daerah. Melibatkan arsitek dalam laju pengembangan daerah adalah wujud kesadaran dalam membentuk tata daerah yang tak hanya fungsional, tapi juga estetis dan berkelanjutan,” ujar Azwar Anas usai menghadiri pembukaan pameran arsitektur ”Prihal” di Galeri Nasional, Jakarta, Rabu malam (27/11/2019).
Prihal adalah pameran yang menandai 20 tahun arsitek Andra Matin berkarya.
Pameran yang dikuratori Artiandi Akbar dan Danny Wicaksono ini menyaring lebih dari 800 karya Andra Matin ke dalam delapan bagian, di mana setengahnya menyajikan karya Andra Matin yang belum pernah diperlihatkan ke publik.
”Selamat kepada Pak Andra Matin. Kita ketahui bersama rekam jejak beliau yang sangat panjang dalam dunia arsitektur Indonesia, bahkan sejak dua dekade lalu sudah aktif memunculkan konsep progresif yang hingga kini memengaruhi perkembangan dunia arsitektur Tanah Air,” ujar peraih penghargaan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) 2018 itu.
Azwar Anas menambahkan, ke depan, paradigma pemerintah daerah tentang arsitek harus diubah. Arsitek jangan hanya dipandang sebagai pekerja yang terlibat dalam proyek-proyek pemda alias menjadi subordinasi dari kontraktor.
”Paradigma yang harus dibangun adalah menempatkan arsitek sebagai mitra yang merefleksikan peradaban di tengah kemajuan ekonomi daerah, menjadi mitra yang merangkai dimensi ruang dalam proyek pemda agar menjadi lebih hidup, bertenaga, dan menyatu ke dalam kehidupan publik, termasuk kehidupan tradisi, kebudayaan, dan kehidupan yang menghargai keberlanjutan ruang,” papar Bupati Banyuwangi ini.
Maka Azwar Anas pun mendorong pemerintah daerah untuk tak ragu lagi menempatkan arsitek sebagai kawan diskusi dalam pengembangan daerah.
”Para arsitek sangat gembira jika diajak berdiskusi soal ruang-ruang hidup di daerah. Bahkan, banyak di antara para arsitek hebat, termasuk Pak Andra Matin, yang rela bersusah-payah merancang ruang-ruang hidup di daerah tanpa terlalu memikirkan aspek komersial. Indonesia berutang budi kepada para arsitek, baik arsitek di masa lalu yang sudah tiada, masa kini, dan masa depan,” katanya.
Azwar Anas lantas menceritakan pengalamannya membangun daerah bersama arsitek. Salah satunya Andra Matin yang mengonsep terminal hijau Bandara Banyuwangi, terminal pariwisata terpadu Banyuwangi, Politeknik Negeri Banyuwangi, dan sejumlah ruang terbuka hijau.
”Saya mengalami sendiri, selama ini arsitektur yang menerabas pakem memang relatif sulit diterapkan di bangunan pemerintah. Kesulitan muncul, baik karena paradigma soal arsitektur maupun kendala administrasi. Tapi, di Banyuwangi, karya-karya itu mendapat tempat karena kita semua bertekad bahwa ruang publik dan bangunan pemerintah bukan hanya harus bagus secara teknis, tapi juga estetis, berkelanjutan, bermanfaat bagi masyarakat,” pungkas Azwar Anas yang baru saja dinobatkan sebagai ‘Government Officer of the Year’. (*)