Di laman tersebut, Shalfa mewakili Inodnesia bersama dengan empat orang lainnya.
Sayangnya, ia tak memperoleh medali.
Skor yang diperolehnya adalah 165.95.
Sedangkan, kontingen Singapura yang mendapatkan medali emas memperoleh skor 189.65.
Kemudian, Shalfa Avrilia juga tercatat jadi salah satu atlet senam ritmik yang bakal berlaga di PON 2020.
Hal tersebut tertulis di laman Brilyan.com.
Kendati demikian, belum ada konfirmasi resmi apakah benar Shalfa Avrilia bakal berlaga di PON 2020 di Papua.
Fakta lainnya, Shalfa juga menghuni pelatnas senam di Gresik, Jawa Timur, hingga November 2019.
Tak banyak catatan di dunia digital mengenai dirinya.
Kendati demikian, ada beberapa media sosial yang mengatasnamakan Shalfa Avrila.
Misalnya akun Instagram dengan username @shalfa******.
Hanya saja, akun tersebut dikunci alias di-private.
Terlihat pengikut akun itu ada 1.618 warganet. (TribunJabar.id)
Klarifikasi Kemenpora Soal Shalfa Avrila
Pihak Kemenpora sudah angkat bicara mengenai isu Shalfa Avrila dipulangkan karena tak perawan.
Menpora Zainudin Amali yang langsung meluruskan masalah tersebut.
Menurutnya, informasi atlet senam dipulangkan karena tak perawan adalah tak benar.
"Kami baru dapat info kehebohan soal berita pemulangan atlet senam SEA Games secara paksa oleh pelatih Persani. Kami langsung call Bu Ita dari Persani, dan infonya tidak betul ada pemulangan paksa oleh pelatih Persani," ujar Zainudin, dikutip SURYA.co.id dari Kompas.com.
Lebih lanjut Zainudin Amali mengatakan, pemulangan atlet tersebut adalah karena indisipliner.
Shalfa Avrila disebut juga kurang fokus dan berdampak pada prestasinya yang menurun.
"Yang benar kata Pak Indra (pelatihnya yang di Jatim) bahwa atlet tersebut indisiplin dan kurang fokus dan berdampak prestasi menurun, sehingga diputuskan pelatihnya tidak disertakan di SEA Games.
Dan digantikan oleh atlet lain yang peringkatnya jauh lebih tinggi." kata Zainudin.
Pihak Kemenpora juga turut prihatin dengan kejadian tersebut.
Zainudin menambahkan pihaknya sudah berkomunikasi dengan Persani dan isu yang beredar masalah keperawanan tersebut tidak benar dan murni masalah prestasi.
Zainudin juga menjelaskan tentang masalah pemulangan atau pemilihan atlet adalah hak dari cabang olahraga masing masing
"Sesuai dengan Perpres 95 tahun 2017, hak promosi dan degradasi atlet memang ada di Cabor (cabang olahraga), bukan di Kemenpora maupun KONI," ujar Zainudin Amali.
Namun dirinya tetap akan menindak tegas jika dugaan masalah keperawanan itu benar-benar terjadi.
"Tetapi jika benar bahwa pemulangan atlet itu karena dugaan masalah keperawanan yang dikatakan pelatihnya, kami akan tindak tegas, karena ini selain masalah privasi dan kehormatan seseorang, juga itu tidak ada hubungannya dengan soal prestasi," tegasnya.
Terakhir, ia mengingatkan cabang olahraga agar tidak menimbulkan kehebohan, dan jika terjadi masasalah bisa berkonsultasi dengan induk cabang olahraga dan bisa terselesaikan dengan baik.
"Kepada seluruh cabor kami ingatkan untuk tidak menimbulkan kehebohan sekecil apapun, karena itu akan berdampak luas pada konsentrasi kontingen Indonesia secara keseluruhan.
Lebih baik berkonsultasi langsung pada pimpinan induk cabor ataupun KONI dan jika tidak dapat terselesaikan langsung ke Kemenpora, agar isu-isu sensitif seperti itu bisa segera dimitigasi secepatnya," kata Zainudin Amali.