News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketua MUI Tana Toraja Sebut Aliran Sesat Paruru Termasuk Pelecehan dan Penghinaan terhadap Agama

Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KH A Zainal Muttaqin mengatakan aliran yang ada di Sulawesi Selatan merupakan pelecehan dan penghinaan terhadap Islam.

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Majelis Ulama Indonesia Tana Toraja, KH A Zainal Muttaqin mengatakan aliran yang ada di Sulawesi Selatan merupakan pelecehan dan penghinaan terhadap Islam.

Pernyataan tersebut diungkapkan dalam video yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Selasa (3/12/2019).

Zainal Muttaqin menegaskan tindakan tersebut masuk ke dalam penghinaan dan pelecehan terhadap ajaran Islam.

Karena Zainal Muttaqin menemukan ajaran yang disebar oleh Paruru bersimpangan dengan syariat islam.

Meskipun Paruru Daeng Tau merupakan orang muslim.

Zainal Muttaqin juga mengatakan Paruru sendiri tidak melaksanakan ibadah Salat.

Ketua MUI Tana Toraja, KH A Zainal Muttaqin menjelaskan ajaran yang disebar oleh Paruru Daeng Tau merupakan aliran sesat. (Tangkap layar kanal YouTube tvOneNews)

Kemudian menurut penuturan Zainal Muttaqin, Paruru membuat persembahan yang dibuat sendiri dengan bentuk yang lain.

"Dirinya sebagai muslim, tapi dalam prakteknya ia mengajarkan ajaran yang tidak sesuai dengan syariat islam," terang Zainal Muttaqin.

"Dia tidak sholat dan mengajarkan untuk tidak sholat."

"Bahkan dia mengajarkan persembahan yang bentuknya lain yang dibuat sendiri."

"Ini termasuk penghinaan dan pelecehan terhadap ajaran Islam."

Zainal Muttaqin akhirnya melaporkan Paruru dan aliran sesatnya ke Mapolres Tana Toraja atas aduan dari masyarakat yang resah dengan hal tersebut.

Aliran yang diajarkan oleh Paruru melakukan ibadah sholat yang gerakan dan bacaannya tidak sesuai dengan seharusnya.

Selain itu, ajaran sesat yang lain adalah dengan tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir.

Kemudian jemaahnya diharuskan mengakui yang menjadi Nabi terakhir adalah Paruru sendiri.
Paruru merupakan pimpinan dari Lembaga Pelaksana Amanah Adat dan Pancasila (LPAAP) Wilayah Tana Toraja.

Lembaga tersebu berlokasi di Dusun Mambura, Lembang Buntu Datu, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Zainal Muttaqin berharap Paruru dan jemaahnya harus menghentikan aktivitasnya.

Hal tersebut dikarenakan mengganggu ketentraman umat beragama.

Meski demikian, satu di antara pengikut Paruru yang bernama Sulaiman mengelak apabila ajaran yang disebar merupakan aliran sesat.

Sulaiman menceritakan awal mula Paruru datang adalah untuk menjelaskan bagaimana dalam masyarakat yang berbeda keyakinan dapat hidup rukun dan damai.

Dijelaskan Paruru menginginkan cita-cita Indonesia agar aman dan tentram dapat terwujud.

"Pada awalnya itu Daeng Paruru ini kan untuk memberikan masukan untuk kerukunan seluruh umat, baik yang Islam maupun yang Kristen," jelas Sulaiman.

"Ingin bersatu padu demi terbentuknya Indonesia yang kita cita-citakan selama ini, aman dan tentram," imbuhnya.

Sulaiman telah mengenal Paruru sejak tahun 2016 lalu.

Meski Zainal Muttaqin mengatakan ajaran yang disebar Paruru merupakan aliran sesat, Sulaiman justru menentangnya.

Sulaiman, satu di antara pengikut aliran sesat yang diajarkan oleh Paruru Daeng Tau di Tana Toraja.

Sulaiman mengatakan selama Paruru berada di daerahnya belum pernah mengeluarkan pernyataan mengakui dirinya merupakan Nabi terakhir atau seorang ratu.

Paruru justru pernah menyampaikan Nabi Muhammad merupakan nabi yang terakhir.

Sulaiman mengungkapkan Paruru pernah berpesan agar tidak ada yang beranggapan apabila dirinya merupakan utusan Nabi ataupun seorang ratu.

"Selama datang di Toraja ini belum pernah menyatakan sebagai ratu atau Nabi," ujar Sulaiman.

"Bahkan disampaikan Nabi Muhammad yang terakhir itu, tidak ada lagi sesudahnya."

"Paruru mengucapkan jangan pernah ada yang beranggapan kalau saya ini Nabi atau ratu, bukan seperti itu."

Sulaiman menjelaskan awalnya pengikut Paruru terdapat delapan kepala keluarga, kemudian satu kepala keluarga menyatakan keluar.

(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini